Selasa, November 22, 2005

Gathering di Surabaya

All-round peserta gathering...at Daily Bread, Tunjungan Plasa I Surabaya, 20 Nov 2005
Gathering, atau acara berkumpul bareng fans Pearl Jam yang tergabung dalam wadah Pearl Jam Indonesia (PJ.Id) sudah beberapa kali diadakan. Tidak membatasi diri dengan agenda atau atau jumlah peserta, tetapi tujuan utama dari kegiatan ini adalah sebagai bentuk sosialisasi dan silaturahmi antar-anggota. Sedikit menengok ke belakang, gathering atau "kopi darat" pertama kali diadakan di Jakarta lebih dari setahun yang lalu. Setelah itu beberapa kali diadakan di Jakarta dan dua kali di luar Jakarta, yaitu di Bandung dan di Bogor. Gathering Pearl Jam Indonesia yang terakhir diadakan di daerah timur, yaitu di Surabaya, pada Minggu 20 November 2005 lalu.

Duo Daily Bread "insider" yang berbaik hati memutarkan lagu-lagu Pearl Jam sebagai "soundtrack" setting, meski sehari-hari diputar musik jazz.
Acara kumpul khusus penggemar Pearl Jam dari daerah Surabaya dan sekitarnya (Malang dan Sidoarjo) ini digagas secara mendadak karena menyesuaikan dengan kegiatan masing-masing peserta gathering. Selain juga handicap wilayah yang membuat penyesuaian-penyesuaian sangat sulit dilakukan. Setelah disepakati pada dua hari sebelumnya, gathering diadakan pada hari Minggu pagi sebelum jam 12 siang, karena Alex harus bekerja pada jam tersebut. Jadilah acara gathering mini ini disepakati untuk diadakan dengan peserta minimal penulis, Awang (Malang) dan Alex, bertempat di "Daily Bread", cafe dan bakery di Tunjungan Plaza I, Surabaya.

Awang (kiri) menjelaskan sesuatu kepada Alex (tengah) dan penulis (kanan) tentang Pearl Jam.
Pada hari-H, waktu yang disepakati adalah sepagi mungkin venue buka, yaitu sekitar jam 10.30. Karena Awang berangkat dari luar kota, acara mundur sampai jam 10.00. Tetapi sesuai dengan ciri khas Indonesia, jam karet, semua peserta gathering baru berkumpul semuanya pada pukul setengah sebelas siang. Gathering diikuti oleh penulis, Awang dengan empat rekannya, dua dari Malang (Ifmi dan Hendra), serta dua dari Sidoarjo, meski bukan Jammers tetapi rela menunggu pertemuan dari freakazoids ini. Alex, sebagai "tuan rumah" membawa rekannya yang bekerja di Daily Bread untuk ikut bergabung, rendezvous, sambil ngobrol tentang Pearl Jam dan macem-macem lainnya.

Awang dan Hendra, salah seorang rekan yang "dicomot" Awang dari Malang, di-infiltrasi dengan banyak pengaruh Pearl Jam. Terutama meyakinkan bahwa kultur PJ di masa Ten tidak berubah sampai dengan Riot Act.
Secara spesial, Daily Bread sengaja memutar lagu-lagu Pearl Jam dalam "jukebox"-nya. Biasanya, kafe tersebut hanya memutar lagu-lagu yang jazzy sesuai dengan suasana lounge. Dengan latar lagu-lagu PJ tersebut, gathering makin seru membahas segala sesuatu tentang Pearl Jam. Mulai dari intepretasi "Not for You" yang selalu menjadi tema sensitif, scene "grunge" dan Seattle-Sound di Surabaya, influence-influence Pearl Jam sampai obrolan tentang Led Zeppelin. Tidak ketinggalan tentunya, acara sharing material antar-peserta. Awang membawa mp3 official bootlegs North America 2005-nya untuk di-share, dan penulis membawa kopi video Pearl Jam Unplugged 1993 serta PinkPop 1992. Sayang tidak ada yang membawa laptop sehingga bisa streaming di lokasi tersebut. Tetapi background musik dari jukebox kafe lumayan mengibur suasana.

Obrolan kadang berlangsung serius, dengan beberapa topik yang cukup mendapatkan atensi seperti masalah kata "Mohammad" di lagu Not For You.
Karena waktu yang terbatas, pada tengah hari gathering diakhiri. Bonus khusus dari Daily Bread sangat spesial dengan menggratiskan aneka kopi yang telah menemani acara gathering. Dengan semangat untuk kembali mengadakan gathering, serta membuat acara yang berhubungan dengan Pearl Jam di Surabaya, di masa yang akan datang, masa depan dari kegiatan ini sangat besar kemungkinannya untuk kembali diadakan. Tentunya dengan harapan penggemar PJ di Surabaya sudah makin bertambah. Bukti bahwa program share the Jam mulai berjalan dengan baik.

Ifmi (kanan), jammer dari kota Malang yang datang bersama Awang bersama salah seorang lagi rekannya yang berasal dari kota Sidoarjo. Koran bisa menyibukkan pikirannya dari obrolan peserta lain yang Pearl Jam-minded.
PS: Terima kasih sebesar-besarnya untuk seluruh peserta, dan sebagai catatan juga terima kasih khusus untuk Daily Bread sebagai "tempat bersejarah", yang telah menyediakan venue spesial.

Jumat, November 18, 2005

Resensi: Rough Demo got.ID

Seberapa jauh sebuah inspirasi mempengaruhi karya dalam bermusik? Creed pernah disebut sebagai nu-Pearl Jam, atau Seether dianggap sebagai Nirvana baru. tetapi apa yang dinilai dari Creed adalah karakter suara Scott Stapp yang mengikuti jejak bariton Eddie Vedder. Sementara latar musik mereka tidaklah seperti justifikasi sebagai nu-Pearl Jam. Begitu juga dengan model vokal Cobain pada lagu-lagu Seether. Secara keseluruhan, mereka tidak pernah berhasil menciptakan musik Pearl Jam atau Nirvana. Karena musik itu adalah masalah sound and soul.

Hal itulah yang dipahami oleh got.ID. Band asal Jakarta yang sangat terinspirasi oleh Pearl Jam ini tetap tidak berusaha untuk mengkopi Pearl Jam, atau untuk menjadi Pearl Jam-nya Indonesia hanya dengan sekedar memirip-miripkan salah satu bagian. Personil got.ID yang terdiri dari Arief (gitar, vokal), Ridha (gitar), Yosa (bas) dan Mayo (drum) ini membawa pengaruh masing-masing ke dalam karakter musik yang dihasilkan sebagai sebuah grup. Arief yang tumbuh dengan musik-musik Metallica membawa layer ritem dan kord yang cukup dominan untuk dilapis dengan komposisi hard rock-ish dari Ridha, seperti yang terdapat pada nomor instrumental "Koboy". Meski proses pendewasaan bermusik Ridha dimulai dari kecintaannya terhadap masa-masa grunge dahulu, tetapi root yang ditularkan Ridha ke dalam musik got.ID adalah vintage root, misalnya dalam melodi-melodi klasik pada track "Orang Tua Itu". Atau melapisi permainan ritem dalam "Fajar" yang dibentuk dari race antara beat drum Mayo dan dual kord dari Ridha yang menjadikan track ini terdengar seperti musik The Ramones. Sedangkan di dalam "Indah" Ridha menambah kesan "gelap" dari warna vokal bariton Arief dengan melodi-melodi panjang ala Binaural-nya Pearl Jam. Warna musik funky yang banyak masuk melaui Yosa bisa didengarkan pada "Terlalu", yang bergabung dengan komposisi kord punk ala musik grunge. Menghasilkan unifikasi dalam bentuk musik yang mirip dengan Pas Band pada masa rilis Indie[V]Duality.

Secara keseluruhan, got.ID bisa merangkum seperti apa influens mereka. Track-track dari demo yang total berisi 8 lagu tersebut menjelaskan root karakter musik Pearl Jam dari era Ten sampai Binaural. Musik yang keluar dari kerucut pengaruh musik masing-masing personal, sangat berisi dan jujur tanpa harus berusaha mirip dengan Pearl Jam. Meski pada akhirnya secara tidak langsung justru mereka menjadi bentukan band yang paling mirip dengan band yang lagunya masih sering mereka bawakan ketika konser tersebut. Tidak dalam versi mentahnya memang, tetapi landasan dan hasil yang keluar membuat mereka menjadi lebih progres dibanding band yang hanya menjiplak karakter suara Vedder dan mengklaim sebagai nu-Pearl Jam. Got.ID menghasilkan komposisi musik mereka sendiri. Secara sound dan soul musik mereka adalah hasil dari root mereka. Hal yang membuat pecinta musik "jujur" ala "grunge" pada awal 90-an bisa menjadi fans instan mereka. Highly recommended bagi pecinta musik alternatif berkualitas!



Tracks:
01. Orang Tua Itu 3:35
02. Terlalu 3:45
03. Fajar 4:02
04. Kosong 3:48
05. Indah 6:04
06. Terlanjur 2:11
07. Koboy (instrumental demo) 4:54
08. Lelah 4:11

Highlight:
Orang Tua Itu - Kombinasi antara gitar dengan vokal yang menjadikan musik ini lebih tebal melalui harmonisasi keduanya.
Fajar - Komposisi hirarkis antar-instrumen yang paten ditambah editing yang bagus menjadikan empat menit track ini sempurna.
Indah - Tak secerah judulnya, durasi enam menit menjadi berlipat ganda dengan alunan vokal yang gelap serta melodi panjang. Mike McCready berduet dengan Eddie Vedder di Nothing as it Seems? Atau Pink Floyd? Track yang paling apresiatif.
Lelah - Pearl Jam back in Ten era. Enuff said!

Overall:
I can't believe this record hasn't made out the label yet! What the fuck happened with our music industry?

*Berminat mencicipi demo mereka? Gw berencana bagi sampel-nya. Kirim email ke hilman_t@yahoo.com, kasi tau kemana gw musti kirim! Gratis...

Kamis, November 17, 2005

Ten Essential Live

Ngelanjutin intro to Pearl Jam kemaren, berikut gw coba translate artikel dari fivehorizons, tentang sepuluh konser terbaik Pearl Jam sampai tahun 2000. Dari era gila sampai tragedi Roskilde yang hampir membunuh rentang perjalanan grup musik yang diisi oleh Ed Vedder, Stone Gossard, Jeff Ament dan Mike McCready. Serta drummers mereka, respectively. Beberapa dokumentasi dari konser-konser di sini kebetulan gw punya kopinya (video atau mp3), dan sangat ngga keberatan untuk men-share dengan yang berminat. Gratis tentunya, hanya modal sabar sajalah...apalagi yang berbeda lokasi domisili. Yang jelas rangkaian konser ini menggaris bawahi Pearl Jam sebagai band yang besar dari live-act mereka, dibanding blow up media. Dikenal bukan dari promo tapi sisi "legendaris" mereka sebagai band indie yang tetap bersahaja walaupun sudah ada dalam jalur industri musik.



THE OFF RAMP, SEATTLE, OCTOBER 22, 1990 ...Show pertama Pearl Jam di sebuah klub. Masih bernama Mookie Blaylock, jelang launching album perdana dan berganti menjadi Pearl Jam. Dengan suara bariton khas Vedder, langsung bikin kagum pengunjung klub. Introduksi Pearl Jam to the community? Lebih tepatnya intro Ed ke komunitas, since Jeff dan Stone adalah "seleb" juga di Seattle (Mother Love Bone).

COW PALACE, SAN FRANCISCO, DECEMBER 31, 1991 Pearl Jam membuka konser Nirvana dan Red Hot Chilli Pepers. How they dealt with it? Aksi gila! Jeff melompati ampli, Ed memanjat tower yang tinggi dan stage-dive ke penonton. Ber-crowd surf sejenak, dan "berenang" kembali ke panggung tanpa sepatu..hehe.

notes: Ed berkomentar, "If I wasn't in this band, I would still make sure I was here tonight." Flea, bassis RHCP jadi vokalis pendukung dengan suara cempreng-nya di 'Leash.' Stone Gossard sempet maenin riff-nya "Smell Like Teen Spirit" dan nyanyi juga actually...mayan lama dan dengan enteng ngomong, "Just remember, we played it first." Hohohoho...

MTV UNPLUGGED, MARCH 16, 1992 Show Unplugged yang paling ngga' MTV mungkin. Tetep ngebawa sisi liar personel Pearl Jam, especially Jeff dan Ed. Di tengah-tengah jammin' Porch, Ed naek kursi, dan nulis "PRO CHOICE" di lengan kirinya. Sementara Jeff play wildly...teteup! Show yang memicu "jealous"-nya Kurt Cobain sebagai "tindakan yang direncana"...ah apalah itu namanya. Yang jelas emang lebih ngejual "Unplugged in New York"-nya Nirvana dibanding Pearl Jam. Tapi bagi fans Pearl Jam, yang tampil di Astoria malam itu adalah Pearl Jam yang mereka kenal.

ALPINE VALLEY, EAST TROY, WISCONSIN, AUGUST 29 1992 Aksi liar seperti biasa, Jeff yang kesurupan, "duck-walk"-nya Gossard, serta polah reguler Vedder. Manjat sampe atap amphitheater, trus jadi "tarzan" dengan berayun make tali ke arah mosh-pit.

MTV VIDEO MUSIC AWARDS, SEPTEMBER 3, 1993 Sebulan sebelum launching "Versus", setelah maen Animal, Pearl Jam ngundang "surprise guest" yang ngga make "announcement" atau basa-basi (langsung hajar bleh)...Neil Young, yang maenin lagu dia sendiri, Rockin in the Free World. Nuthin special, kecuali Ed yang mabok berat (sepanjang lagu cuman nunduk berat, jauh dari kesan rockstar), Mike yang banting gitar sama Jeff yang nendang ampli. Apakah ini show MTV? Hehehehe...tetep tampil seperti adanya mereka. Oya, sebelum manggung, Ed sama Kurt Cobain "dansa" di bawah panggung pas Eric Clapton ngebawain Tears in Heaven. All of sudden, rumor yang diblow up media soal konfrontasi Nirvana-Pearl Jam langsung basi!

SATURDAY NIGHT LIVE , APRIL 16, 1994 Di akhir lagu, Ed naruh tangan di dadanya, di atas tulisan "K" yang ada di kaos-nya. Buat info, ini show dilakukan beberapa saat setelah Kurt Cobain meninggal dunia, dan seluruh member band masih shock dengan kondisi itu. Dan lagu "Not For You" paling indah yang bisa didenger dengan luapan emosi paling meluap sepanjang sejarah show Pearl Jam. Still, over-popularity adalah jalan pintas ke kematian. And this is the way Pearl Jam blame the corporate media for their best friend' death.

SOLDIER FIELD, CHICAGO, JULY 11, 1995 Empat puluh tujuh ribu fans bersorak "Ticketmaster sucks!" tanpa dikomando. Sebuah penghormatan bagi Pearl Jam yang di-ban dari tur konser gara-gara memperjuangkan tiket murah untuk fans-nya. Kemenangan untuk dedikasi dan loyalitas terhadap fans, dan anti-komersialisme. Ini adalah satu diantara sekian konser yang diadakan pada masa pencekalan konser Pearl Jam. Biasanya Pearl Jam ngga kebagian venue untuk konser karena dimonopoli Ticketmaster. Dan untuk "demo" dari fans di Chicago ini, Pearl Jam menghadiahi 3 jam penuh konser. Hampir semua lagu dari katalog Pearl Jam, ditambah lagu covers dan juga improvisasi-improvisasi dikeluarkan untuk menjadi salah satu konser "indie" terbesar sepanjang masa.

RANDALL'S ISLAND, NEW YORK CITY SEPTEMBER 29, 1996 Tur "Indie" kedua, masih dalam rangka pencekalan oleh Ticketmaster. Ed Vedder melakukan "demo"-nya sendiri. Mata ditutup pake gabus dan "membungkus" diri memakai lakban. Oya ada juga quote terkenal-nya Ved:
"If you trust me at all, if you want to listen to me at all..but you certainly don't have to...speaking from experience, I can tell you that things change. You can believe me, you don't have to. They probably won't change unless you make them. The best way to change something that's around you, something you don't like, is to change yourself. And I don't think you want other people changing you, I think the only person that can change you is yourself. So if you ain't happy, if you're reading magazines about generation x-ers and thinking 'yeah, I'm one of them', well fuck that. Don't let anyone tell you who you are. No, no. No one can tell me who I am. I can tell you who I am, but that would be a long story. I could tell you who I am and it wouldn't fit in a Rolling Stone. If wouldn't fit in a video...it's my life, it's your life. You're the only one who knows who you are. I hope you know who you are, figure it out. Cause you are somebody. And I'm probably stating the obvious, but I just thought I'd do it anyway. So if you feel like you've got a piece of duct tape on your mouth, if you feel like you can't speak, take it off, speak up, speak your mind, shout it out,let em hear, shout it out."


MADISON SQUARE GARDEN, NEW YORK CITY SEPTEMBER 11, 1998 Breath pertama kali dimaenin, setelah ribuan fans "menuntut". 20.000 fans berdiri dan ikut bernyanyi. Dalam show ini juga, duet melankolis antara Pearl Jam dan Ben Harper pertama kali terjadi dalam lagu "Indifference". Versi "kopi"-nya bisa dilihat di video Live at the Garden, 5 tahun menjelang, meski beberapa kali diulang dalam Bridge School Benefit-nya Neil Young.

KEY ARENA, SEATTLE, NOVEMBER 6, 2000 Setelah tragedi Roskilde (9 orang fans meninggal dunia tergencet), Pearl Jam memutuskan untuk tetep maju terus, meski sebelumnya sempet memutuskan pensiun dari dunia musik. Tur Amrik kemudian dilanjutkan dalam suasana duka. Di show pertama, barisan depan (front row) fans mengibarkan spanduk "How are you doing? Hope you're okay!". Ed bilang itu memberi kekuatan pada band untuk menyelesaikan tur mereka. Dan di akhir, di Seattle, barisan komunitas 90-s Seattle datang untuk memberikan dukungan. Personel Alice in Chains, Soundgarden, Nirvana, Mudhoney, Neil Young, Pete Townshend dan sebagainya datang dalam show penutup ini. Seolah menjadi "kemenangan" psikologis Pearl Jam setelah beratnya duka setelah targedi Roskilde. Show yang digeber sampe jam 1:30. Tanpa melupakan 9 jiwa yang melayang dalam tragedi, untuk dua tahun ke depan diabadikan dalam repertoar "Love Boat Captain".

Sampai sekarang Pearl Jam teteup eksis, mengibarkan semangat 90's yang memudar. Semangat untuk DIY, tidak tergantung sama korporat dan ekspresif. Puluhan konser legendaris masih dicatat setelah tahun 2000 itu. Tur Riot Act tahun 2003 mencatat banyak peristiwa kontroversial sehubungan dengan hujatan Pearl Jam atas George W. Bush. Ngga tanggung-tanggung, di Aussie bahkan Ed mengatakan kalo PM Aussie mem-blow job George W. make mulut-mulut mereka (rakyat Aussie). The same old Ed...The same old band...The same spirit.

Selasa, November 15, 2005

Stone Featuring at Meganut Solo Album

Gitaris Pearl Jam, Stone Gossard terlibat dalam pembuatan album MegaNut, "That Would be Dope". Stoney ikut memproduserin satu lagu, sekaligus bermain gitar di salah satu track side project band-nya Lonnie "Meganut" Marshall, bassis Weapon of Choice. Album ini digambarkan sebagai album yang "furiously funky", sesuai dengan kapasitas si Lonnie "Meganut" Marshall sebagai bassis funk legendaris. Stone sendiri, selain dengan Pearl Jam juga telah mengeluarkan tiga buah album side project bersama grup-nya "Brad".

MegaNut available at tenclub store.

Selasa, September 06, 2005

Pearl Jam Nite Report

Pemuas dahaga para jammers Indonesia
Image hosted by Photobucket.com


PEARL JAM NITE
Jakarta, September 4th 2005

Acara ini, seperti udah dibahas sebelomnya via media
release, jadi semacam "tribut-like" to Pearl Jam
sodaraku! Gokil...hehehehe, masi happening sama Ryan
si MC.

Image hosted by Photobucket.com

Sodaraku, seperti yang udah dibilang kalo tanggal 4
September di D'87 Cafe bakal ada event semacam Pearl
Jam Nite. Pengisinya Cupumanik (which previously
mistery to me), Ipang BIP, dan beberapa band hasil
seleksi.

Image hosted by Photobucket.com

Acara dimulai sekitar jam 8, menyusul beberapa materi
yang masi dipersiapin karena ada hal yang mendadak
(DVD macet-macet, am I right?). Sebelum itu, warga
milis yang hadir jadi kaya ngadain gathering sendiri
di lounge, saling kenalan dan sebagainya. Gw, bareng
anggota-anggota yang ikutan gathering JatiPadang,
dateng duluan sekitar jam setengah enam. Trus menyusul
mas Gede, Gatot dan kru-nya yang jualan kaos, makin
banyaak lagi...tau-tau udah jadi kopi darat bagian
besar member milis.

Image hosted by Photobucket.com

Stigmata ngebuka sama "adzan"-nya Pearl Jam (kata mBa
Dinar...refer ke "Arc"). Hehehehe....trus lanjut ke
"Go". Cukup membuat semangat anak-anak yang "ndlosor"
di depan stage...Aldo, gw, Ian, Faizal, Mas Rez, Mas
Tito, mBa Dinar, Ridho sama band member-nya (Got ID):
Arif sama Mayo (dan cewe-nya). Respon crowd juga
mantebh...Di lagu kedua, "Animal" tangan-tangan pada
ngacung, gesturing "five against one". Sebelum
diakhirin sama RVM. Stigmata bisa manasin suasana
(congratz Josh cs.).

Image hosted by Photobucket.com

Yang kedua, seperti udah ditulis mas Reza, adalah
band-band hasil seleksi. Dua Sisi (band-nya Andra ya?)
bawain "Once", "Black", "LightYears", "Why Go".

Image hosted by Photobucket.com

Trus Frank (band-nya Amienz sama Clitoray bukan?) bawain "I
Got Id" (my fave, sayang tempo-nya agak keburu ya
bro?), "Red Mosquito" (salut...gitaris lo keren,
bersih banget efeknya, sayang volumen-nya kurang
digeber), "Evenflow". Sementara band ketiga-nya,
Freasbe (band-nya Pronky?)yang bawain "I Am Mine",
"Wishlist", "Breath", sama "Elderly Woman". Semuanya
keren-keren!

Then, band-nya Tenclub. Band-nya Hendra sama band-nya
JC. Gitaris-nya Hendra ditereakin mulu sama cewe-cewe
(setlist-nya lupa). Hehehehe...ko bukan lo 'nDra?

Image hosted by Photobucket.com

Meanwhile band-nya JC surprisingly bawain duo Vitalogy
"Not For You" sama "Nothingman" disela sama "Animal"
(lagi!).

Image hosted by Photobucket.com

Disela mas Reza ngomongin soal nama baru milis kita
(Pearl Jam Indonesia aka PJ.Id), Cupumanik bersiap
jadi headliner.

Image hosted by Photobucket.com

Begitu geber distorsi, dan masuk ke
intro "Given to Fly", Ridho dan temen-temennya
langsung berdiri ke depan, trus diikuti sama crowd
laen, terutama si Aldo tuh yang badannya nyesekin
mata...hehehehe. So, the moshing scene begin. Acara
senam-nya mulai, dan semua jadi kembali ke masa ABG
masing-masing (karena pas ABG-nya ngga kena konser
PJ-like).

Image hosted by Photobucket.com

Pas lagu kedua, "Betterman" si Ridho malah
ngisi gitar Stoney-nya Cupumanik. Jadilah Ridho
nge-jam bareng Cupumanik di lagu itu. Keren Dha'!
Hehehehe. Menyusul "reses" goyang diisi sama
"Release". Kalo lagunya down gini, vokal si Chandra
bisa dapet sama vokal Ed. Mirip. Baru drop satu lagi,
crowd angkat lagi mosh-pit ngga keruan di lagu "Porch"
sama terakhir "State of Love Trust" sebelom Chandra
ngenalin Ipang sebagai lead vokal berikutnya.

Sodaraku, sesi Ipang jadi semacam Ed Vedder...gokil,
hehehe, dimulai dengan duet sama Chandra di "Alone".

Image hosted by Photobucket.com

Dilanjut sama "Corduroy"...wah gw trance nih di sini.
Udah kesurupan dan mo gebuk tu monitor ampli...hehehe.
Abis ni lagu, secara musik ato lirik nohok banget di
pikiran gw. Arif (temennya Ridho...lo udah ikut milis
belom si Rif?) trus duet sama Ipang di "Glorified G"
(lagu fave-nya Ipang kayaknya), apes bgt lo
Rip...dapet yang susah diapalin...hehehe. Abis itu,
barru "Alive" setelah sebelum lagu Fadli-Padi
dikenalis sebagai guest vocal. Meski ngga keras-keras
amat, tapi mayan udah bikin crowd belingsatan.
"Daughter" kemudian, supposed to be Fadli, tapi
beliau-nya malah sering ngasi crowd yang nyanyi. Huhu.

Image hosted by Photobucket.com

Abis itu Chandra naek lagi maenin "Jeremy" yang sempet
mancing acungan jari tengah...hehehe, tradisinya gitu
kan?. Acara kemudian ditutup sama "Spin the Black
Circle" yang featuring allstar, Fadli, Ipang sama
Chandra...termasuk si Arip yang naek lagi ke panggung.

Image hosted by Photobucket.com
Dan kelarlah acara...ditutup sama nyanyian Dufan oleh
si MC...Rian...hehehe. Gokil!

Image hosted by Photobucket.com

Abis acara sempet dibahas beberapa issue seperti mo
ngadain PJ Nite lagi di Bandung (kapan Surabaya,
euy!). Just cross ur finger aja, kali kalo udah tiga
kali dapet piring....hehehe, maksutnya semacam Pearl
Jam dateng ke Indonesia, sodaraku.

Image hosted by Photobucket.com

Image hosted by Photobucket.com

Image hosted by Photobucket.com

Image hosted by Photobucket.com

Setlists:
Stigmata:
Arc (intro)
Go
Animal
Rearviewmirror

Dua Sisi:
Once
Black
Lightyears
Why Go

Frank:
I got Id
Red Mosquito
Evenflow

Freasbe:
I am Mine
Wishlist
Breath
Elderly Woman

Tenclub Band 1 (Hendra's):
Garden
Leash
Why Go

Tenclub Band 2 (JC's):
Not For You
Animal
Nothingman

Cupumanik:
Given to Fly
Rats
Betterman (Ridho at Rhytm Section)
Release
Porch
State of Love Trust

Ipank dan Cupumanik :
Alone (with Che)
Corduroy
Glorified G (with Arip)
Alive (with Fadli)
Daughter (with Fadli)
Jeremy (with Che)
Spin the black circle (with Fadli, vokalisnya
Stigmata, Che, and (sempet) Arip...hehe)

Foto-foto yang lain bisa dilihat di:
http://photobucket.com/albums/v330/pije/Selai%20Mutiara/Pearl%20Jam%20Nite%202005/

Kamis, Agustus 04, 2005

Polling Pearl Jam Nite

Sehubungan dengan akan diadakannya acara Pearl Jam Nite pada tanggal 4 September 2005 di Jakarta, maka kami ingin mengetahui animo penggemar/non-penggemar Pearl Jam untuk hadir di acara ini, Untuk itu mohon luangkan waktunya sejenak untuk mengisi polling berikut ini:












Apakah anda akan datang ke Pearl Jam Nite di Jakarta 4 September mendatang?
Saya pasti akan datang ke Pearl Jam Nite !!!
Saya suka Pearl Jam tapi tidak bisa hadir di Pearl Jam nite
Saya suka pearl jam tapi belum yakin bisa hadir di Pearl Jam Nite
Pearl Jam ???? merek apaan tuh?
I hate Pearl Jam




Free polls from Pollhost.com



Info lebih jauh:

TENCLUB_INDONESIA PROUDLY PRESENT:

PEARL JAM NITE - STOP THE WAR, LOVE THE EARTH...!!

September 4th, 2005
7 PM
at d'87 Cafe - Kemang

Featuring: - Ipang (BIP)
- CUPUMANIK
- etc.

For further information please contact:
Dinar : 08121927107
Joshua : 08170892274 / 08164843472

Selasa, Juli 12, 2005

Vitalogy Health Club

APA YANG MEMBUAT KAMU SUKA SAMA PEARL JAM?
Band hebat tapi tetep low profile, gw suka itu. Ga cuma PJ aja semua band yg udah terkenal tapi tetep low profile, gw suka
(keukeuh) - faisal

pearljam membuka hati dan ide-ide tentang arti kesederhanaan dan konsistensi diri dalam bersikap dan utamanya bermusik..tak ada yang lebih "wah-wah bluesy" dibanding pj.. jessi 'jc' pramandhana

prinsip mereka dalam bermusik dan konsistensinya terhadap banyak hal. proses pencarian identitas mereka sangat inspiratif queen of stoney G

kombinasi vokal vedder, gitar stone & mike, bass jeff en drumnya dave (waktu itu). Citra Jaya

awalnya gara2 gw denger intro golk**ledbetter oops :) (masih lum ngerti apa arti liriknya.. help mi plis) lum sempet edved nyanyi dah kepotong jadi sepintas gw penasaran sapa sih yg ngebawain? tambah penasaran lagi pas gw main game vietcong di intro soundnya mirip bgt. pernah juga denger john petrucci main solo ada yg mirip soundnya gitarnya. ooo pearl jam toh.!! trus vocalnya kok bisa "nggeter" gitu yak?? :D *big grin*i love it, i love them delostdog

waduh buanyak...!lagunya kental, punya ciri khas sendiri dan jadi mainstreamnya band baru di dunia (apalagi vokalnya), -liriknya bagus (gak bosan untuk dibaca, didengar dan dinyanyikan), -vokalnya eddie yang super keren, cool, panggung konser yang super simpel. suka bikin konser dadakan. -dekat sama fans, nggak terlalu suka jadi "celebirty", jadi jarang terekspos dn lain..lain......-terakhir punya fans hebat..pearl jam dan fans adalah kesatuan..nggak salah vote pj for the greatest band ever awang

saya dicerdaskan lirik2nya. saya masih sangat badung ketika mengenal Pearl Jam. Sambil ngeg***a denger Black ama Jeremy di mobil temen, gua nangis. band yg lagu2nya bisa bikin saya nangis jarang bgt (gua sentimentil) hahaa. jaman2 pencarian jatidiri kaya gitu, sosok patron memang dicari. dan, Eddie Vedder seperti melengkapi masa-masa badung gua. selanjutnya, pilihan saya memang ngga salah. Band ini layak, dan ed with less or more-nya...tetap jadi idola saya. wisnu rieca

Suara dan matanya edved (fisik sekale yak), musiknya, stylenya (sampe bela2in nyari jaket coklat gaya edved), eksistensinya, low profilenya... dinar

lyrics yang amazing, suara vedder yang keren, sikap dan prinsip mereka yang merendah, dan perhatian pada para fans (the jammer) yang pantes ditiru band lain. henda

lirik dan kepribadiannya yang sependek ku tau ga ngartis tediskhara

Mula-mula tentunya musik mereka. Baru kemudian saya menyadari jika banyak pemikiran dan semangat dari member of the band yang juga merupakan representasi semangat dan pemikiran saya. hilman_t

APA ARTI PEARL JAM BUAT KAMU?

buat musik sih ngaruh banget, jadi seneng sama musik yg semodel PJ tapi buat hidup..... ga tau - faisal

pearljam?
pearljam..
pearljam!!!!!
segelap cahaya hati gw tentang hidup...seindah desir rasa sakit yang mengintai di keseharian..pearljam bagi gw adalah kata kerja..dan khayal gw ttg mereka menginspirasi gw dalam berpikir dan bertindak (anjritt..siga nu enya weh siah jess!!!hehe)
jessi 'jc' pramandhana

Pj adalah salah satu buku wajib dalam mengkaji vitarlenology :D queen of stoney G

pearl jam adalah wakil emosi saya via musik. bisa didenger pas sedih, seneng, semangat, kecewa, depresi, bangga, dll. jadi denger PJ kayak mendengar kisah hidup sendiri... (ujung kalimat pake titik-titik biar terkesan dramatis, hehehe) Citra Jaya

artinya selai mutiara :D !?
salah satu band favorit gw delostdog

pearl jam bukan sekedar musik bagiku. tanpa dibuat2, "ada" banyak hal yang cocok dengan yang apa dipikirkan dan diperbuat oleh pearl jam dalam lirik lagunya, musiknya dan idealisnya, kecuali aborsi dan kumpul kebonya eddie vedder! awang

pearl jam, bbukan sekedar band. sikap hormatnya sama band tua patut dicontoh. sikap rendah dirinya patut dicontoh.sebuah popularitas memang semu.terpenting adalah berkarya yg terbaik buat fans.ini menginspirasi saya pribadi untuk lebih menonjolkan karya ketimbang omongan.dan hal ini bikin sya sadar bahwa "jangan mau deh populer" wisnu rieca

Hidup menjadi lebih hidup. dinar

band yang 99.99999% SEMPURNA (yang sempurna 100% cuma TUHAN, aih garing!!!). dan mengajarkan gw agar tetap GROUNDED!!!. henda

memberi banyak inspirasi dalam alur hidup gue (perasaan edan banget gitu lhokszzvcxsxsbsth) tediskhara

Menjadi warna dan bagian dari identitas diri yang dengan bangga bisa dikenakan: "I'm a Pearl Jam fans..." di mana nggak banyak orang Indonesia masuk dalam kelompok kecil tersebut (banyak orang saya temui malah tidak tahu menahu apa itu Pearl Jam). Sementara semangat dan pemikiran mereka membuat respek yang besar kepada mereka. hilman_t


APA LAGU ATAU ALBUM YANG PALING BERPENGARUH BUAT KAMU DAN TOLONG CERITAIN ALASANNYA..

Lagu "Black" pengaruh banget..... apalagi pas patah hati, nyanyinya menjiwai banget deh gw - faisal

vitalogy..nothingman..born with nothing..and we'll die with nothing!..and it's remind of someone... that's me. jessi 'jc' pramandhana

Semua di album No Code, karena album itu menurutku sangat spiritual dalam sejarah pejalanan karirnya PJ queen of stoney G
Ten. itu album pertama yang saya punya, yang saya beli dari temen seharga 5000 perak tanpa bungkus kasetnya
sampe sekarang saya ngga punya bungkus kaset ten lho) dan dari lagu2 itulah saya denger lagu2 ajaib PJ en menyulap selera musik saya, dan bisa kenalan sama temen2 semua di milis ten_club ini. Citra Jaya

last kiss. masa berbuat baik krn mau ketemu my baby di sana? :)) mungkin kl my baby-nya go to hell kudu nakal biar ketemu kekeke.. *joke*nah itu dia, jadi ngingetin tujuan idup gw... *ikutan pake titik2 juga* delostdog

semua album berpengaruh, cuman paling berkesan pertama kali denger album vitalogy trus ke belakang (ten dan versus). krn dengar pertama kali, vokal dan musiknya PJ keras dan ngajak kita untuk ikut teriak. sejak di no code sampai album terakhir, pearl jam lebih kuat pengaruhnya....lebih komplek, rumit dan....aku sadar kalo aku falling in love dengan PJ!! lagu yang "paling" berpengaruh: hailhail, wash, smile, in hiding, althoseyesterday, arc, soon forget dan iam mine. karena liriknya aja yang sering jadi motivasi dan "menyegarkan"!!!! awang

ten album jelas berpengaruh banyak. namun adalah vitalogy dan No Code yang benar-benar ngaruh. dari sisi musikalitas dua album itu jadi momen lompatan yg sangat cemerlang. PJ berani mengambil resiko (satu lagi yg patut dicontoh)! soal lagu: betterman sangat berkesan karna gua pernah nyanyiin di depan seorang cewek saat kencan. nyanyi minus one sambil tutup mata di depan dia. abis nyanyi, cewek (yg kini jd mantan) bengong. lalu dia bilang, " lu gila..."// ya Tuhan, kapan lagi bisa nyanyiin lagu PJ di depan cewek yg kita cintai???? wisnu rieca

Album TEN, karna album ini paling enak buat didenger dan dinyanyiin sambil nyetir mobil sendirian keliling kota dalam suasana gerimis sore-sore, macet juga gak berasa macet.... rasanya seperti eddie duduk disamping gue..... aaaaahhhh....memang lagu-lagu pearl jam seperti menghipnotis gue.... dinar

VITALOGY...BETTERMAN.... itu album dan lagu yang pertama gw kenal waktu masih kelas 1` SMP!!! (ampe dateng lagsung ke studio radio cuma bwt request lagu itu). meskipun akhirnya gw juga suka album TEN karena ada BLACK, juga lagu I'am mine! henda

album Ten dan Vs. kalo diceritain kayaknya kepanjangan euy...tapi yang jelas semua lagu pearl jam gue suka karena lirik-liriknya memiliki kekuatan siritual yang...maklum dari kampung. aku suka banget lagu garden...its naiceeeeeee wae (maaf dari kampung) tediskhara

"Given to Fly", sebagai lagu yang mengantarkan fase pemahaman kepada musik Pearl Jam, kemudian "Garden" yang membuat saya mulai menyadari eksistensi Pearl Jam dan warna unik vokalis mereka. hilman_t

Jumat, Juni 17, 2005

Gathering 5.5

Gathering Mini tapi Maxi


One "BIG" Happy Familiy

Short report dari gathering kemarin:
Dengan segala keterbatasan, keterdadakan, kesempitan, kelambatan akhirnya mini gathering atau gathering 5,5 jadi juga dilakukan di Pia Apple Pie Bogor kemarin 5 Juni 2005 bertepatan dengan hari lingkungan hidup (apa hubungannya?)....

Gathering ini memang mini, dilihat dari acara, waktu yang tersedia, tempat sekedarnya, sarana yg minim dan peserta yang sedikit. Dibilang maxi dilihat dari sisi konsumsi makanannya, karena yang datang pada doyan makan semua :)

Saya sendiri datang agak telat (jam 10.30), waktu sampe di pia apple pie bogor sudah ada budhy, dinar dan keluarganya (suami dan anak)....saya lihat budhy sudah mulai menyantap nasi goreng seafood kayaknya, sedangkan dinar masih malu-malu atau lagi ambil ancang-ancang pesen makanan. Setelah kenalan dngn Mr. Dinar, doi pamit mau ke rumah sodaranya, sdgkan sang istri dan sikecil alif di tinggal sama om om ganteng fans PJ....


Dinar & sons

Mulai deh kita ngobrol2 seputar PJ dan Ten Club Indonesia....sambil ngbrol kita juga puterin beberapa video Pearl Jam karena si Budhy ternyata belum banyak lihat video klip PJ. Berhubung terbatasnya sarana, maka nonton video kali ini cuma pake laptop aja, si budhy bantuin bawa extension kabel listrik krn laptop saya baterenya cepet drop....
(Si budi ini kayaknya ada koneksi deh dgn apple pie ini, kalau ada apa2 disana ngomong aja temennya Budy pasti deh beres..ha ha...)


Budhy merkynball

Sambil nonton dan ngobrol, makanan mulai dipesen dan disantap, saya langsung pesen chicken pie dan dinar pembukaan dengan pudding. Sementara itu palupi kirim sms kalo dia masih naik bis di Priok (buset jam berapa sampe di bogornya ya??)
CJ sendiri kirim kabar kalo datang agak siang krn harus ke undangan dulu, iya deh pak....
Sempet juga di puter, rekaman audio waktu nyanyi bareng2 di gathering 5 kemarin, wah asik nih nostalgianya...kapan lagi guys????


Budhy lagi asik ngebajak

Puas nonton, mulai deh kegiatan burning dimulai...budhy udah siap dengan cd blanknya....yg lain dapat subsidi dari saya....sementara dinar sudah order apple pie sekarang...
Sekitar jam 12.30 si Palupi nongol dengan lesung pipitnya...abis pada kenalan si Pal langsung order makanan (kan makan terus kegiatannya...)....Sementarsa si CJ yg katanya udha di terminal 30 menit lalu belum muncul2 (ternyata kejebak macet...ada ultah kota Bogor). Acara nonton dan burning terus berjalan sambil diiringi pesan makanan, saya sih cuma order tambahan coca cola, tapi si dinar (katanya sih anaknya yg lapar, padahal.....) masih laper akhirnya order bakmi bakso ke toko depan (again budhy dengan gaya humasnya melancarkan segala transaksi antar toko ini...).


eksennya palupi....

Sekitar jam 1 lewat si CJ muncul juga dengan wajah segar abis kenyang makan di kondangan :)....si Palupi sempat tanya, "CJ namanya siapa sih?" ....eh si CJ protes kenapa di milis pada pake nama samaran sih nggak kayak dia yang bangga dengan menggunakan nama aslinya Citra Jaya...saya masih geli ingat kalo dia ngomong banyak yg pake nama vedder atau eddie tp kalo disuruh nyanyi pada diem...nah lho sapa tuh???
Setelah lengkap dgn datangnya CJ, obrolan beralih serius tentang rencana gathering 6, yang pengennya sehari penuh terus lokasinya yg terisolir agar gak ada yang pamit atau permisi sebelum acara selesai dan nggak ngaret datangnya. Akhirnya coba di tawarkan tempat Villa di Puncak (Action: Palupi penjajakan tempat) tanggalnya sekitar 5 September (wah lama amat ya, any idea??), Action : CJ dan Budhy akan bantu persiapan tempat dan lokasi karena mereka ber-KTP Bogor. Action : Saya sendiri bantu dengan doa dari jarak jauh...Dinar bantu apa ya? wah lupa belum dikasi tugas nih ibu satu ini...gimana kalo ngatur konsumsi aja nanti ya....
Seiring dengan berjalannya waktu, maka gathering harus berakhir sekitar jam 14.00 karena saya sudah di tunggu anak istri tercinta di Palembang. Setelah membayar pesenan makanan masing-masing (DInar paling banyak..."berapa juta gw nih?") kita pamitan sama yg punya toko setelah Budhy kasi tip 5 ribu perak buat bayar listrik dan "uang keamanan". Karena pada pengen numpang ke jalan besar, 5 mahluk besar2 tadi ikut masuk ke mobil saya yg seuprit spacenya. Walhasil si Budhy harus rela jongkok.




Makan dan makan...lagi....

Budhy, Dinar dan Alif turun di jalan Padjadjaran, si Pal kasi comment waktu liat mereka bertiga "wah pas tu bertiga kayak Bapak, Ibu dan Anak". Palupi dan CJ turun di terminal Baranangsiang, nggak tau deh berdua pada kemana, biar masing2 pada cerita sendiri deh :) Saya sendiri langsung tancap gas ke Cengkareng mengejar pesawat sore....

Di atas senja ibukota dlm pesawat wings air, diiringi dengan Off he goes di mp3 player portable saya, saya ucapin selamat tinggal Jawa, see u in September...or sooner...

PS: berhubung gatheringnya mini, maka kameranya juga terbatas pake hp, tp not bad lah....

Reza aka Pije
np: Ed Vedder & School of Rock kids - I wanne be sedated.


The Doors: "Morrison and Vedder share the same space"
Personal Homepage: www.geocities.com/reza_home/

Milist fans Pearl Jam Indonesia:
selai_mutiara@yahoogroups.com

tenclub_id@yahoogroups.com

Selasa, Mei 03, 2005

Petisi datangin Pearl Jam !

http://www.petitiononline.com/pjindo05/petition.html

Teman-teman, saya menyampaikan amanat rekan Manggala untuk membantu menyebarluaskan informasi ini. So, tunggu apa lagi? cepat lah sign dan sebar luaskan petisi ini. Kalo perlu bisa di print dan ngider keliling kampung minta tanda tangan (sama e-mail tentunya, kalo belum punya bikinin aja :)

Reza

Halo semua,
Gimana kalo pd ngisi petisi online utk PJ...ini niru usaha fans PJ Brazil yg bikin petisi agar PJ datang ke negaranya, aku bikin juga petisi untuk PJ agar datang ke Indonesia sbg bagian dr tournya (misalkan belum ada rencana).

Linknya ada disini http://www.petitiononline.com/pjindo05/petition.html

Misalkan udah banyak yg sign...nanti kita bisa kirim link tersebut ke Ten Club atau Adrie Subono...;) Selain itu, kalo dapet banyak...asik juga kayaknya.. lebih seru dari testinya friendster kali..mudah2an aja linknya bisa bertahan lama :))

Oh ya misalkan sudah ada petisi serupa...yg ini aku batalin aja, ntar gabung aja ama yg udah ada biar cepet banyaknya.

Viva la pearl jam,
D. Manggala

Ps. Ini bunyi petisinya:

To: Pearl Jam, their management/representatives, Ten Club, and Indonesian concert organizers

It's been about 14 years since Ten album was released, a time which is enough to accumulate a big number of PJ fans in Indonesia from different locations and ages. Many Indonesians are not only moved by Pearl Jam's songs, singing and dancing thousands times because of the songs, but also inspired by the band's idealism and most of all, because of the way Pearl
Jam's members treat their fans.

Based on the chats and discussions through tenclub_indonesia@yahoogroups.com, we have been connected each other and we are now know that all of us the fans in Indonesia are waiting for Pearl Jam to play in Indonesia.

Therefore, we make this Petition and we ask that Pearl Jam should include Indonesia in their next tour(s). No matter how long it takes, we will be waiting for you here. Lastly, we'd like to say this: Jeff, Stone, Ed, Mike, Matt (and Boom). please come and play for us here in Indonesia.

Sincerely,

The Undersigned

Kamis, Maret 10, 2005

Jeff Ament





HAPPY BIRTHDAY AMENT!!!!!!!!!


AKA Jeffrey Allen Ament

Born: 10-Mar-1963
Birthplace: Big Sandy, MT

Gender: Male
Ethnicity: White
Sexual orientation: Straight
Occupation: Musician

Level of fame: Niche
Executive summary: Pearl Jam
He is proprietor, together with brother, of Ames Bros., responsible company for posters of the PJ
He like Basket, suport Seattle Supersonics
He wrot the biography of the band

    Green River Bassist
    Mother Love Bone Bassist
    Pearl Jam Bassist
    Temple of the Dog Bassist

    FILMOGRAPHY AS ACTOR
    Dogtown and Z-Boys (19-Jan-2001) Himself
    Singles (18-Sep-1992) Himself

Al Weisel

Jeff Ament of Pearl Jam
By Al Weisel
Rolling Stone, August 8, 1996, p. 28

Jeff Ament seems to have discovered soul asylum. After several years under the pop microscope as Pearl Jam’s cha­peau-lovin’ bassist, the 33-year-old Cali­fornia resident has taken refuge in Three Fish, a side project with friends Robbi Robb, formerly of Tribe After Tribe, and Richard Sturverud. Borrow­ing their name from a poem about three fish of varying intelligence by Rumi, a 13th-century mystic, the band recently recorded a debut of free-form spiritual melodies that owes more to 70s prog rock than to Pearl jam’s late­ ’70s arena-rock inspiration. A reinvigorated Ament stopped by New York recent­ly on his way to Turkey and Egypt to see local musicians. (Three Fish are currently on tour. Needless to say, they’re not using Ticketmaster.)

Which fish are you: the in­telligent fish, the half-intelli­gent fish or the stupid fish?
I’m probably the stupid fish. Sometimes I feel lucky to be one. I get lost in my right brain, especially in creative things. When I moved to Seattle, I was the epitome of one because I came from Montana. I was hanging out with kids who were five or six years younger who knew much more about living in the city. They had done drugs, had sex a million times. I look at them now and realize their childhood was taken away. I wasn’t pressured to be an adult - even though at the time I was pissed at my parents be­cause they made me grow up in Bumfuck, Montana.

Why did you pick Seattle to move to?
I had a friend who moved there. I went to visit him, and I was like, “I have to go someplace where I can soak myself in a creative atmosphere.” There were shows that had huge impacts: Black Flag, Bad Brains, X, Dead Kennedys. We opened for Black Flag, and none of the bands had dressing rooms, but Henry Rollins had his own. He had struck me as different from that.

So you’re saying he was a punk diva?
[Laughs] You said that. He’s an interest­ing guy. I don’t relate to him necessarily.

How’d you get involved with Three Fish?
Tom Petty gave me a tape of Tribe After Tribe. Pearl Jam was out touring, so we asked Tribe After Tribe to come out. Robbi and I hit it off: He grew up in a Tibetan Buddhist community, and I grew up in a hard-core Catholic one. It’s interesting how similar the experiences were: sheltered, quiet and intro­spective. Then when I was in Cairo and Turkey last year, I saw dervishes and in­credible musicians performing rituals. It was one of the most captivating ex­periences I’ve ever had.

What do you get to do with Three Fish that you don’t get to do with Pearl Jam?
I played djembe, percussion, keyboards and I sang. With Pearl Jam, everybody is so good at what they do, it’s hard to get up the courage to say, “Can I sing this part,” or, “I want to play guitar.” I feel like I have more courage to do that.

When did you first play with Robb?
We went to Big Sur about three years ago and hung out at the Esalen Institute. Neil Young had invited Pearl Jam to his place for a barbecue. I said to Robb, “We can go if you want.” Everybody picked up instruments and started playing.

Who was there?
Eddie [Vedder], Dave [Abbruzzese], Robbi, Neil, managers and family. Robbi had some of the same qualities as Neil. I was watching these two musicians being completely uninhibited There was no fear, so the rest of us just fell in. At that point I knew I wanted to play music with Robbi. When did Pearl Jam last get together? Two weeks ago. We just finished making a record I imagine it’ll come out in late summer or early fall: Everybody wants to play shows so we’re going to after that.

What is the new record like?
The fact that everybody got away from what Pearl Jam are supposed to be brought a new feeling. Mike [McCready] did things with Mad Season that allowed him to bring back some confidence. Stone [Gossard] brought back hip-hop elements. Jack [Irons] went into the studio and created these drum songs, and he wrote based on that. Eddie did things with Mike Watt and with Nusrat [Fateh Ali Khan]. Not that this record is going to be a drastic left turn, ‘cause we’re still a rock band, but it’s been allowed to wander a bit.

Did you win anything in your fight over service charges with Ticketmaster?
Yeah. People understand better where their money is going. And we’ve gotten incredible sup­port from fans. A lot of bands said after the fact, “We totally support you.” The only people who really sup­ported us were Tim Collins and Bertis Downs, who are Aerosmith’s and RE.M.’s re­spective managers.

Do you feel like you were left in the lurch?
To an extent, but nobody had the power we had or the support from our record company. We’ve always been a band that stood up for what we thought was right.

Some thought Pearl Jam were ungrateful in their acceptance speech at the Grammys this year.
Every few years I’ll party way too much to remind myself what an idiot I am, and going to the Grammys was a little like that. It was all these high-society people coming up to us and acting like they were related to us. I think Eddie explained himself really well. It was like, “C’mon, people, wake the fuck up.” Maybe one of us should have expanded on that. The reason we’re there is to hang out with our peers. This lit­tle award saying we’re better than some­body else is ridiculous.

You get the impression Vedder’s not very happy. Do you ever feel like telling him, “Hey, lighten up a little”?
Oh, sure. But there’s probably times when he says, “Jeff, lighten up.” He’s a really sensitive guy. I can’t say you’re a jerk because you’re too sensitive. People see him for 20 seconds at the Grammys and think, “Goddamn, he must be like this all the time. I feel sorry for his friends.” I’ve been out in the middle of the ocean with him just being ecstatic on a surfboard. So, you know he has his moments.■


Q & A With Pearl Jam's Jeff Ament
Aidin Vaziri
Sanfransisco Cronicle, Sunday, October 29, 2000

Last month, stalwart Seattle grunge band Pearl Jam flooded record stores with 25 unedited two- CD live sets documenting the band's entire 2000 European tour (minus their tragic festival appearance in Roskilde, Denmark, where nine people were crushed to death when fans rushed the stage). The official bootlegs, as they're called, set an unusual challenge for the group's die-hard fans, who gobbled up so many copies that the band became the first in history to have more than one live album on the charts at once. It also set a record by debuting five albums on the charts in the same week. We spoke with band founder and bassist Jeff Ament, 36, about this unusual circumstance. Pearl Jam plays the Shoreline Amphitheatre on Tuesday.

Q: Have you sat down and listened to all these recordings?
A: Oh, no. No way.

Q: Would your head explode?
A: I don't know. One reviewer was actually going to review all the records over one weekend, but he only got through six or seven of them. I guess the review was a little diary, and he started out being a huge fan, then he got a little frustrated and, by the end, hated us.

Q: At what point did he want to kill Eddie Vedder?
A: I don't know.

Q: Do you think someone who listens to all these has to be kind of crazy?
A: A little bit, but I guess when I was a kid and if I would have seen the Who or Aerosmith or the Beatles at a live show, I would have bought a few of their bootlegs.

Q: You think you could make it through 25 double- sided live albums by your favorite band?
A: I guess if I was a collector, I could imagine it.

Q: Just how many versions of ``Even Flow'' does the average person need?
A: Well, I don't think we expected anybody to buy all of the CDs. It was more like, ``Let's just do this. The bootlegs are out there anyway, and they're all crappy quality. Let's just put this out there and charge the least amount we can and have them be of consistent quality.''

Q: A lot of people think you're just ripping off the kids.
A: If you're a collector and you bought seven or eight normal bootlegs, it would be the same as buying all 25 of ours. It's almost a three-for-one deal.

Q: But even if some kid buys five of these things, he's making you rich.
A: We didn't set out to make money. I remember walking into Tower Records in New York and these two guys were talking about it. One of them was saying what corporate money-grubbers we were, and the other guy was like, ``Yeah, but you're getting two CDs for only 13 bucks.'' So it was almost like an argument with our conscience in front of us. They were arguing about all the stuff we talked about before we put them out. It was pretty weird.

Q: Why didn't you just put them all in one cheap box set?
A: I don't think there's any way you can release 50 discs for $150. At the end of the day, we're making a lot less on this than we do on a normal

Q: Is Pearl Jam a greedy band?
A: I know how much this band has grossed and I know the net is a very small figure compared to what we've grossed. I know all the different ways we haven't been greedy. Merchandising companies tell us we can charge 30 bucks for a T-shirt, and we choose to charge 18 bucks. We always try to undercut whatever a comparable band is doing. I know in our own hearts we haven't been as greedy as we could have.

Q: Is Pearl Jam an arrogant band?
A: I don't think we've ever been the critics' darling, so there's a part of that that's always been a motivating factor. There are some things early on that Kurt Cobain and some other local people said about us that pigeonholed us as being rock stars or whatever. For some reason, that stuff never left my craw. The fact of the matter is, I was born in a pretty poor family and I've always had to have a day job up until 10 years ago. Maybe some of that drive that people see is maybe me not wanting to work in a restaurant for the rest of my life.

Q: Do you sometimes wish Pearl Jam were more of a fun type band like Sugar Ray, so you could have spent the past 10 years partying and hanging out with young girls?
A: You know, I think the primate in me sometimes wishes that, but when you really think about your growth as a human being, I'm completely satisfied with who we are as a band. Even the mistakes that we made and the failures that we endured, which have been many, we learned so much from those things. Whether it's trying to not use Ticketmaster, the drummers, or whatever, we've made tons of mistakes. But those have all been great mistakes. They've allowed us to know better the next time.


Don't call me "Rock Star"
by Mike Keefe-Feldman

Missoulian Pearl Jammer Jeff Ament sounds off on music, politics and the art of aging gracefully


For a few days leading up to my interview with Pearl Jam bassist Jeff Ament, I got a small taste of what it might be like playing in a band with a media darling like Eddie Vedder.

“I’m going to interview one of the Pearl Jam guys,” I’d say.

“Eddie Vedder?” would be the common response, eyes aglow.

“No. Jeff Ament.”

“Oh. That’s cool.”

The “That’s cool” part was always intoned with a poorly-veiled tinge of disappointment.

But, if Vedder gets all the attention, that’s just fine with part-time Missoulian Jeff Ament.

“More than anything, I feel bad for him,” says Ament. “With the good aspect of being the face of the band or the voice of the band, there’s a lot more negative stuff that goes with that. He can’t go anywhere and be anonymous. I don’t have that big of a problem with that.”

Indeed, Ament obviously didn’t choose to live in Missoula to be adored by fans on the street—it’s clearly in opposition to the unwritten Montana credo of “let thy neighbor do his own thing.” In truth, Ament almost shudders at the mention of the term “rock star.”

“I associate ‘rock star’ with driving around in limos and doing drugs and that’s never really been my deal,” Ament says. “But in terms of a town where you might be a little bit recognizable, it’s fine. I have my little routine and I think the places that I go people are kind of bored with my face, so it’s not really that big a deal.”

A little bit recognizable? Not that big a deal? Okay, Mr. Modest Guy, I guess I’ll have to do your bragging for you like the parents of a shy valedictorian.

Even if Ament had become a comatose vegetable in 1992, he would still have been remembered as the young man who’d written the music to the song “Jeremy,” which ranks right up there with “Smells Like Teen Spirit” and “Under the Bridge” as one of the most influential songs of ’90s rock music. It also marks the last time MTV put a video into heavy rotation that was challenging enough to possibly cause the conservative viewer to—gasp!—change the channel. Ament still has a soft spot for the song in his heart, but he and the band are careful not to wear the old favorites out.

“That’s one of those ‘once every five shows’ songs. The only way it’s fun to play some of those older songs is if you give them a break for a while.”

After over a decade of touring, one might think that Pearl Jam has experienced all there is to encounter at a live show. One would be wrong. In fact, the band just received its first significant round of boos on the initial leg of its North American Riot Act tour. The press picked up on a Denver show in which Vedder impaled a mask of George W. Bush on a microphone stand and then stepped on the plastic Bush face (upping the ante on the Dixie Chicks considerably!) after singing the song “Bush Leaguer,” which contains Mark Twain-style social commentary: “He’s not a leader/He’s a Texas Leaguer/Drilling for fear makes the job simple/Born on third/Thinks he hit a triple.” However, says Ament, “It was a total non-event that the media kind of took and ran with.”

What was an event, and what caused the boos, according to Ament, was a Nassau show in which Vedder got into a political discussion with the audience after singing “Bush Leaguer.”

“About twenty or thirty percent of the people were booing loudly,” Ament says, “So it was definitely something that none of us had experienced before.”

Ament says that he was not troubled by the boos, particularly since he is in line with Vedder’s politics of being against the Iraq war and most other aspects of the Bush administration.

Plus, Ament notes, he was vindicated the following night. “I went to see Bright Eyes and Arab Strap at this little theater in New York and between bands I went to the bathroom and there were six young men, 18 to 22, and they were like, ‘Hey dude, great show last night.’ I was like, ‘Really? It got a little bit testy there at the end.’ And they were like, ‘Fuck those Long Island guys. That’s why we like you guys.’”

Not everyone in the band was as comfortable with Vedder’s statements.

“I know [guitarist] Mike [McCreedy] was pretty upset about it and said some things about not wanting to play [‘Bush Leaguer’] again. I think the booing kind of got to him a little bit harder. And maybe he isn’t totally in line with the way that Ed thinks and the way I think, and that’s all part of being in a band or a relationship: communicating your differences. But I’m ready to play that song every night.”

The political poses Pearl Jam strikes on its latest release, Riot Act, are nothing new to the band, but it has been several albums since politics showed up on the Jammers’ tablet.

“I think that had to do with everyone going through more personal shit at that time,” Ament says. “You write what you know.”

Over the years, Ament has put his money where his mouth is with contributions to Ralph Nader and Missoula’s Blue Mountain Clinic, to name a few beneficiaries, but the band’s next likely charitable gift to the Garden City will avoid the political realm. Ament, an avid skateboarder, wants to build a world-class skate park in Missoula. He’s worked with the Redevelopment Council and Parks and Rec to secure a piece of land between the Orange St. Bridge and McCormick Park. If the city agrees to use quality builders and designers, Ament says Pearl Jam plans to donate a considerable amount of money to the project.

“I think kids kind of get the shaft when the government decides that they’re going to spend all the tax money on bombs instead of education. Any little thing we can do to give kids and young adults things to do that are positive is good.”

Clearly the shutterbug of the Pearl Jam crew, Ament’s photography adorns most of the band’s seven major studio releases. The bassist explains that his shooting began as a cost-saving measure. These days, Pearl Jam can afford a whole corps of photographers, but Ament, who took photo classes at the University of Montana in the early ‘80s, continues to be a main source for album art. Still, for a guy into photography, Ament is remarkably unconcerned with posterity.

“Maybe after we’re all dead, some of our music will have a little bit of a life, but I can’t imagine people, other than my family, really giving a shit. I think how you live and the things that you do that help preserve the Earth or preserve a good way of living, those are the things that you want to be remembered for. And the music is part of that, too. But I don’t get too hung up on the immortality thing. It’s weird when you hear people who are alive talking about wanting to secure their place in history.”

Ament and Pearl Jam have already secured their place in history. And unlike so much of the rock and roll that has been played on MTV over the course of the last twenty years, this band has staying power. When Seven Mary Three and Creed and Bush and a thousand other bands pitched themselves to labels saying, “We sound sort of like Pearl Jam, but with a (insert your minor variation here) twist,” Pearl Jam continued to evolve, constantly fighting static cling.

On the past two albums, Pearl Jam has burgeoned not only as musicians, but as a team. Lyric-writing responsibilities, once residing solely with Vedder, are now dispersed throughout the band. Ament penned lyrics for two of the tracks on Riot Act and views writing words for another person to sing as something of an “art project.”

“It makes it more fun for us, too,” Ament says. “It’s always exciting when you’re writing a song wondering, ‘I wonder how Ed will sing this or how Mike will play guitar on this.’”

Congealing as a team, Pearl Jam shows no signs of degenerating any time soon, which is agreeable to Ament, who points to a few artists who provide Pearl Jam with a road map to aging with style.

“I think there’s older guys that are doing it right,” he says. “Anybody who loves music doesn’t get down on Bob Dylan or Johnny Cash or Neil Young. I think where people start to have problems is with Aerosmith or maybe a certain aspect of the Rolling Stones. If you can do it gracefully that’s great, but if you’re 50 years old and you’re talking about screwing a girl in an elevator, that gets tough, you know? So, I can look at those [latter] examples and say, ‘Okay. Don’t go there.’”

With the magnitude of the arena-rock shows Ament is accustomed to playing, it’s a forward task to imagine the transition of a sick-of-school young man picking up his first bass at UM in the early ’80s inside of “Jesse Hall, room six-o-something” and playing Ramones and Sex Pistols covers at the Top Hat. Yet from these meager beginnings, Ament has realized his dream. But he worries that record labels are making it difficult for other creative musicians to reach similar goals.

“[The major labels] were looking for the next Nirvana…and then for the next ten years all you got was copies. They weren’t looking for bands that were doing new things. So we kind of got locked into what Ed calls ‘karaoke bands.’ People say there’s not great music out there and I disagree, but I don’t think there’s great music being pushed into the mainstream right now. And that’s the sad thing. There is really great music out there but nobody knows about it.”

Fortunately for people such as myself, who thought Amy Grant was about as good as it got in sixth grade, Pearl Jam was pushed into the mainstream. Since that Seattle boom, mainstream rock has experienced a considerable drought of challenging, daring newcomers. Yet, with any luck, Pearl Jam will carry the torch until rock labels finally give up on the hopeless expedition of finding “the next Pearl Jam.” With the seldom-predictable evolution of this band, it’s already clear where to find “the next Pearl Jam” anyhow: on Pearl Jam’s own next album.

Minggu, Maret 06, 2005

Five Against One: The Pearl Jam Story



Teman-teman, Five Against One sejauh ini adalah biografi Pearl Jam yang cukup komprehensif. Ditulis oleh Kim Neely, wartawan senior Rollingstones yang mengikuti perjalanan karir Pearl Jam selama 10 tahun. Seru juga kalau kita omongin ini buku, sebagai jammers pasti punya pendapat lain setelah baca buku ini.

___________

dari akmal:
seperti yg sudah saya ceritakan sebelumnya, blum lama ini saya membeli buku "5 Against 1" yg merupakan semacam biografi tentang Pearl Jam, dari awal karir sampai kira2 album vitalogy... nama "5 Against 1" diambil dari sebaris lirik pada lagu "Animal" di Album Vs... tadinya album ini juga akan dikasi nama "5 Against 1", tapi akhirnya diubah
jadi Vs...

Salah satu bab dalam buku tsb mengungkap masa lalunya Eddie Vedder (nama aslinya adalah Edward Jerome Mueller, Vedder adalah nama keluarga ibunya)... kenapa perlu diceritakan? karena masa lalu si Ed ini rupanya begitu sering "muncul" dalam lirik2 lagu PJ... wajar, karena memang dia lah yg bertanggung jawab menangani lirik dari 90%
lagu PJ...

ternyata memang sedikit sekali yg saya pahami dari hidup si Ed ini (sebelum membaca buku ini)... setelah membaca 5 Against 1, kesimpulan saya adalah : "Ed Ved juga manusia"

betul sekali... akhirnya fanatisme saya langsung berkurang drastis, meskipun sejak awal juga gak fanatik2 amat sih... memang beliau ini cuma manusia biasa, gak lebih dan gak kurang dari orang lain... dia juga punya sisi2 buruk yg gak perlu lah ditiru-tiru oleh orang lain... dia punya sisi2 gelap yg jangan sampe deh kita mencicipinya!

memang selama ini kita liat dia sebagai figur yg care sama isu2 sosial, dan mungkin dlm hal itu kita harus menirunya, bahkan kalo bisa lebih baik dari dia... tapi ada hal2 lain yg mesti kita tolak, bahkan jangan sampe deh menirunya...

apakah saya jadi benci si Ed? gak juga sih... seperti saya bilang tadi, dia cuma manusia... jadi wajar lah punya sisi2 buruk...
namanya juga manusia... sekali2 bikin kesalahan juga kan? yg jelas, kita gak perlu fanatik sama pribadi para personel PJ... kagum sama musiknya itu satu hal, sedangkan fanatik sama pribadi mereka adalah hal yg lain lagi...

so, buat temen2 yg merasa fanatik... mending proporsional aja deh, daripada kecewa berat nantinya...

____________




dari tarlen:
setelah baca 5 against 1, kita emang jadi dapat gambaran vedder pun manusia biasa yang kebeneran jadi vokalis band gede kaya pearl jam. yang menarik di buku itu sebenernya, sepak terjang mereka dalam meniti karir sebagai band besar. gimana cara mereka menyelesaikan konflik dan terutama giman vedder menyelesaikan persoalan-persoalan kehidupannya yang
memberi warna pada pearl jam. Ga tau ya... saya emang ga suka sama sesuatu yang sempurna. makanya setelah baca 5 against 1, saya justru makin suka sama pearl jam, karena mereka ga sempurna, mereka manusia biasa yang juga punya banyak kesalahan dan sisi gelap. tapi yang perlu di catat, sebenernya bagaiamana mereka kemudian terus menerus berproses untuk menjadapatkan pemahaman yang lebih baik tentang kehidupan dan prinsip yang mereka jalani dalam meniti karir. saya pribadi banyak banget belajar dari mereka. bagaimana mereka bernegosiasi antara idelisme dan realita.. saya pikir point itulah yang kemudian membedakan pj dengan band lain. karena ga semua band yang kemudian jadi besar, bisa tetap enjoy dengan apa yang mereka jalani dan bisa bertahan dengan idealisme yang diyakininya.

____________



akmal lagi:
up memang benar kata mbak tarlen... setelah mbaca buku 5 against 1, saya melihat mereka dari kacamata empati... terus terang saya gak ngeliat mrk sebagai super band atau gimana gitu, tapi justru jadi kasihan juga...

kasihan karena mereka cuma manusia yg terbatas kemampuannya, tapi punya mimpi yg begitu canggih sehingga sangat sulit diwujudkan... di sisi lain, ketenaran membawa mereka pada level tertinggi dimana mrk bisa menjumpai banyak fans yg begitu histeris melihat mereka seolah melihat manusia 1/2 dewa... ini pun jadi penderitaan tersendiri buat mereka (dan terutama, eddie vedder himself!), karena, berbeda dgn sebagian selebritis lainnya, mrk benar-benar sadar bahwa mereka cuma manusia... mereka merasa berjalan di atas sebuah kontradiksi.. di satu sisi mereka ingin menghibur banyak org, di sisi lain mrk tdk bisa menghindar dari pandangan para fans thd mrk yg suka berlebihan...

antara album Ten dan Vs., di buku 5 against 1, jelas terlihat bahwa mereka benar2 menghadapi tekanan semacam itu... tentu aneh rasanya jika ada org yg mengelu-elukan mereka begitu hebatnya sementara mereka sendiri merasa tidak sebegitu hebatnya... jadi sebagai seorang fans PJ, i feel deeply sorry for them... and i hope they can handle it well, or at least, better than before...

__________________




dari awang
fenomena penokohan ini ada dimana aja, nggak cuman di bidang musik, tetapi apa saja, dan dimana aja. dengan
berbagai alasan dan pembenaran kita pasti kita bilang kita akan suka ini dan itu.dan tentunya ada kecenderungan tiap manusia akan melakukan keberpihakan terhadap orang lain.dan itupun tidak dapat disalahkan.artinya kalo sesuatu ada yang cocok, ada kencerungan kita suka. so wajar lelaki naksir perempuan karena dia cantik, baik, perhatian dan ini cocok dianggap sebagai kriteria cewek idaman untuk dinikahi; wajar juga laki laki "menyukai" laki2 lain karena dia sabar, tegas, penuh kasih sayang sesama, suka menolong penuh kedamaian dan ini pun dianggap cocok karena selama ini itulah lelaki sejati.---jangan mikir macem2 ya---

sama halnya dengan pearl jam. dari sekian banyak penggemar pearl jam pastilah banyak alasan2 yang dimiliki penggemarnya. pasti ada saja alsannya: suka karena denger musiknya/ liriknya,suka karena eddie vedder cakep, suka denger solo gitar mccready, suka liat gaya gitarnya stone, suka, handwritingnya eddie, suka matt..suka jeff..dan..blah...blah....artinya tiap orang punya imajinasi sendiri2 dalam pikirannya, apa aja yang dianggap suka.dan itu sah saja, "tanpa ada batasan". karna aku beranggap apa yang kita tangkap ini adalah visual dan audio...jadi masih bersyukur kita bisa merasakan keindahan dari imajinasi kita sndiri2,apa yang kita liat dan kita dengar. yang menurut saya jadi masalah hanyalah penyikapannya. penyikapannya seperti apa yang dianggap prporsional?, saya pikir tiap manusia bisa berfikir dengan keyakinan yang ada:apa yang bisa dan boleh, dan apa saja juga yang tidak boleh.....kita mesti trus belajar dan yakin....

"hail..hail...the lucky ones. I refer to those in love."
jadi kalo kita suka sama seseorang karena kelebihannya dan itu dianggap kebaikannya..itu adalah nilai kewajiban,

tapi kalau kita membenci seseorang karena sedikit keterbatasaanya/kekeurangannya walaupun kelebihannya lebih bermaafaat, sehingga mengalahkan rasa cinta daripada bencinya, itu saya anggap "naif"...sehingga keberpihakan/ kecocokan tidak "harus" berdasar pada agama, suku, bangsa dan gender.

bagi saya PJ bukanlah sekedar musik. saya rasa akan banyak alasan2 yang saya miliki seperti halnya jammers lainnya.walaupun kita tahu PJ sendiri yang terdiri dari kumpulan manusia...bukan setengah dewa..bahkan bukan setengah nabi.....

___________



(aduhhhh gantengnya stoneyyyyyy!!!!!!!!!!!!!!!!)

dari Gede Manggala
Hai semua...saya anggota milis yg agak pasif nih...:)Tapi untuk 5 against 1'nya Kim Neely..saya ikut komentar...sori di depan,ini pasti jadi panjang....pertama tentu saja krn pertanyaan saya "ini cerita ttg pearl jam" atautentang "ed vedder?" Walaupun saya juga suka banget dengan Ed Vedder, tapisebuah buku tentang PJ yang mengulas hidup Ed sedetil-detilnya (dipilih ygjelek2 lagi) tanpa proporsi yang sama untuk Stone, Jeff, Mike dan Matt(serta Dave & Jack) tentu mengurangi bobot buku itu sendiri. Yang kedua, adalah timeline buku ini sendiri adalah sampai pre Yield album;padahal kita tahu semua, Yield adalah sebuah "kebangkitan kembali" dari PJ,thanks to Jack Irons. Saya membaca "5 Against One" ini sekitar tahun 2000(bela-belain order khusus lewat QB), dan mungkin merasakan "kekalutan" yangsama dengan Akmal kemarin (hehehe...) dan memang jujur aja cukup terpukul.Tapi di lain pihak, seperti juga yang disebutkan Akmal dan Tarlen, ada tokenlain yang saya dapatkan dari buku ini (jadi tetap terima kasih juga sih utkKim Neely), karena saya malah bisa menerima PJ apa adanya, seperti yangmemang mereka inginkan, toh mereka juga ingin diterima sbg org biasa(Mengutip kata Ed, "I am not your fucking messiah").

Sebuah relieve besar saya dapatkan setelah seorang teman memberikanoleh-oleh VCD "Single Video Theory" sekitaran 2001 dan saya jadi tahu betapabesar arti album Yield ini buat PJ sebagai sebuah band, yg sejak itu sepertimenemukan lagi spirit mereka , atau seperti kata Jeff Ament di video itu "Ithink we should change our name". Menyaksikan "Single Video Theory" serta dvd2 konser PJ "Touring Band 2000",dan "Live in the Garden" saya akhirnya, dalam retrospective, menyimpulkanbahwa "PJ is PJ, whatever they are", dan Kim Neely is wrong about so manythings (hahaha...). Mendengarkan beberapa bootleg konser tahun 2000 dan2002/3 (termasuk menonton sebuah konser di 2003) membuat saya yakin, bahwaanggota PJ "menikmati" momen mereka sebagai band; itu sudah lebih dari cukupbuat saya, dan tentu saja...heyyy..the music is great!

Kembali ke "5 Against One" sebagai buku untuk dikoleksi lumayanlah (tapimending beli bekas, pinjem atau kopi aja sih...), punya kronologis yanglengkap pada saat awal-awal PJ, pertama tour dengan Red Hot ChilliPepper,dll serta detail yang lengkap utk stori tiap lagu di album Ten.Selain itu buku ini membuat cerita cukup lengkap sekitar PJ vs.Ticketmaster...Yang paling saya kurang sukai dari buku ini adalah krn Kim Neely merupakanwartawan Rollingstones (sekarang mantan?) yang kita tahu majalah ini punyahubungan buruk dengan Ed sejak RS memuat cerita yang menurut Ed di pelintirberat (saya pernah baca bahwa Corduroy, adalah related ttg cerita ini.."takemy hand, not my picture, spill my tincture" katanya ungkapan protes Edterhadap wartawan Rollingstone..bener ga?)Di luar itu Kim sepertinya punya obsesi tersendiri terhadap Ed (ge er?) yangkalau ngebaca cerita dia, seakan-akan Ed suka ama doi...lihat bagaimanadetailnya Kim menceritakan sesi interview mereka...yang di akhir cerita Kimmendapat kiriman bola lampu (diambil dr Space Needle, ini nama stadion?)yang isinya surat dr EV: "Miss Neely, I've currently a vision of your face,and you are smiling...bla bla bla... diakhiri love, Eddie."I mean, why in the world she wrote this thing so details..compare to thefriendship between Jeff Ament and Stone Gossard which only slightlymentioned? Padahal PJ berhutang banyak atas Jeff-Stone friendship...ya kan?

So, my opinion (like many PJ fans agreed) Kim's observation about Ed ishighly biased...mungkin Kim nulisnya antara cinta tapi benci..karena pernahdibikin ge er tapi ternyata dicuekin..(baca juga gimana Kim mendeskripsikanBeth, pacar Ed waktu itu). Terus kenapa juga untuk mencari keterangan ttgEd, dia meluangkan banyak detail dari cerita Shari(pacarnya Dave) yg jelasaja pasti banyak ga enaknya dibanding yg baik2...Kalau baca buku ini mungkinkesimpulan kita bahwa Ed is the evil in the band...banyak org yang di tahun1999-2000 wishfully said "time will tell"...dan sekarang kita lihat sendiribagaimana PJ is getting better and bolder with ages. Again, Kim is wrongabout Ed...big times! (ini opini masih ada faktor fanatik mati ke PJyah...hahaha). Tapi bener lho...di akhir buku Kim menulis "Maybe they would peddlethemselves silly this year, and tour with Ticketmaster, and shower MTV withvideos"...bla bla...

Kita liat semua sekarang (hope Kim SEES too): PJsurvives without MTV...mungkin mereka berdamai dengan Ticketmaster, tapiraksasa pertunjukan ini juga sudah menyerah krn di tiketnya sudah menuliskanlebih detail berapa charge yg diambil ticketmaster utk setiap tiket, sepertiyg dituntut PJ... dan harga tiket PJ hampir 50% dibanding tiket band touryang sama lakunya seperti Dave Matthews Band...dan PJ hampir selalu bayarcurfew penalty tiap malam tour krn main lewat jam yg ditentukan... dari sinikita lihat, mungkin utk periode pre Yield, bukunya Kim Neely lumayanlahterutama bagian terbentuknya PJ...utk update jmn sekarang mungkin versionline kayak posting di fivehorizon.com dan theskyiscrape.com lebihmewakili..

Ok gitu aja..maaf kalau kepanjangan nih...tapi mungkin bisa dilihat betapabesar PJ bagi saya (truly, guys)..dan betapa senang akhirnya saya menemukankomunitas besar di Indonesia dengan true fans seperti Reza, Tarlen, dan yangmengejutkan banyak member yang di tahun 90-an ternyata masih sd..(wow!).Saya mah di jaman itu "lagi jaya2nya" kemana2 pake jeans robek2..bajuflannel..en rambut guondrong...tapi sayang ngga bisa nyanyi en ga bisa mainmusik satupun (keciaaan deh...heheh)...tapi lewat milis ini kita penggemarPJ bisa ngumpul segala umur & dr berbagai lokasi (termasuk yg jauh kayaksaya)...semoga saya bisa gabung pada salah satu gathering...viva la pearljam..!!

Ps. Thx for listening me blabbering this far

____________



dari tarlen lagi
saya sepakat tuh kalo PJ berhutang pada persahabatan jeff-stone (heheheh bukan karena saya lebih ngefans sama stoney dan ament ya...). Bukan cuma di 5 against 1 hal itu ga disinggung, tapi hampir di semua buku yang mengulas tentang PJ (kebeneran saya udah baca 3 buku tentang PJ), selalu dan selalu jika menyangkut jeff-stone hanya sebatas green river, ga pernah sedalam kalo mereka (para penulis itu) mengulas kehidupan eddie. informasi tentang jeff hanya sepotong-sepotong, dan kalo search di google, kayanya site tentang jeff ament paling sedikit diantara anggota yang lain.

Tapi begitulah media. yang jadi sorotan selalu front man, vokalis. padahal semua punya jasa besar. Dan seolah posisi vokalis menentukan seluruh kehidupan band. Kalo saya perhatiin sepak terjang PJ dan bagaiman masing-masing personil berinteraksi dan saling mempengaruhi (dari potongan-potongan informasi yang saya dapet), mastermindnya pj tetaplah stone gossard. ament pernah merasa inferior dihadapan vedder (bayangkan padahal kalo bisa dibilang ament kan 'yang punya' band), mc cready cenderung mengikuti apa yang diputuskan (mengingat sebelum yield dia bermasalah dengan ketergantungan terhadap heroin) dan vedder sendiri punya masalah dengan 'hype' (publikasi yang berlebihan) atas dirinya. sampai sebelum yield, stoney punya posisi yang menentukan. dia menjadi jembatan antar personil yang pada bermasalah itu.

saya ngeliat, kalo media emang sengaja mengekspos masa lalu vedder sedemikian rupa, setelah kurt cobain mati, media butuh ikon lain dan saat itu siapa lagi yang paling cocok, selain vedder. Karena grunge diidentik dengan kegetiran hidup (setidaknya lewat lirik-lirik lagu, penampilan dan kisah hidup para pelakunya), otomatis strategi yang paling tepat bagi media adalah dengan mengangkat sisi vedder yagn paling gelap. ibaratnya buat media kan semakin gelap semakin menjual. itu sebabnya kalo kita ikutin berita-berita disemua media internasional tentang vedder di masa (ten-vs-vitalogy) selalu kisah tentang masa lalu vedder yagn menjadi inspirasi bagi sebagian besar lirik pj.

Setelah vitalogy, vedder dan pj memutuskan untuk menutup diri dari media, setau saya hampir ga ada media yagn membuat ulasan kritis tentang mereka. dalam arti, kenapa mereka kemudian mengambil sikap seperti itu? kenapa album no code minim publiksi? kenapa lirik-liriknya bisa jadi seperti itu? jg musiknya? ga ada yang bikin ulasan mendalam tentang itu. jadi saya kira cerita tentang pj, seolah-olah terpotong sampai masa vitalogy.

Jika Pj ga bikin home video STV (Single Video Theory) saya pikir orang juga ga bakal dapet informasi dari sumber primer mengenai apa yang telah terjadi dan bagaimana perkembangan setelah album no code. buat saya STV jadi semacam pernyataan yang dibuat PJ, untuk menyatakan diri setelah mereka menarik diri dari media dan menyelesaikan persoalan diantara mereka sendiri.

balik lagi ke 5 against 1, kalo kemudian vedder yagn dapet porsi lebih banyak, kaya yang saya bilang tadi, di mata media vedder jauh lebih menjual.. jadi ya kasian vedder.. kehidupan pribadinya kemudian di eksploitasi oleh media...

belakangan dari berita-berita yang saya dapet, ament dan stoney malah masih bisa menikmati kehidupan layaknya orang biasa. bersepeda kemana- mana, jalan-jalan dan nongkrong-nongkrong di cafe (mungkin juga karena ament tinggal di montana, kotanya tidak sebesar seattle dan stoney antara santa monica dan seattle). ya selalu ada konsekuensi dari setiap pencapaian.. tentunya vedder ga akan pernah bisa menjalani kehidupan dia yang dulu.

tapi terlepas dari itu semua, saya kira mereka sekarang terlihat menikmati kehidupan yang mereka pilih. Dan salutnya, mereka justru memilih untuk jauh-jauh meninggalkan kehidupan rockstar yang glamour.

heheheheh sori ya... jadi panjang lebar gini tanggepannya...

______________



dari mas tito
Tidak ada manusia yang sempurna.... saya kagum dengan ed dari segi kepekaan sosialnya, bagaimana dia meramu cerita
dan kehiduapan sosial disekelilingnya menjadi lirik yangkeren dan menyentuh, bagaimana dia menumpahkan emosinya dipanggung, bagaimana kesederhanaannya, sampai ngetop kaya sekarang masih pakai mobil bututnya.

___________



dari mas reza
untuk menambah polemik 5VS1, saya mau bilang I LUV PJ krn:

eddie is so sexy ! :) matanya, rambutnya, kulitnya, bulunya....gak tahan...apalagi suaranya
stone kayak bebek baris !
jeff si kolektor topi
mike yg always happy
boom yg kayak org purba
matt yg bikin bengong kalo udah main drum

Sori gak bisa balas panjang lebar, lagi banyak kerjaan...sok lah sing rame

___________



dari CJ
Nambahin dikit, emang dari awal saya ngga tertarik sama kehidupan PJ. Sama sekali. Saya jauh lebih tertarik sama musik mereka. Mau mereka alim kek, mau teroris kek, apapun, I just love the music. Dan kayaknya inilah bentuk nge-fans yang paling obyektif (hihihihi, egois dikit ah...) mungkin pemikiran ini timbul karena dari awal saya suka mereka dari sound. Jujur aja, waktu pertama denger lagu mereka (Go) saya sampe merinding, semangat banget soalnya! Padahal tampang mereka ngga pernah saya tau. Alhasil saya menggemari sebuah band yang saya ngga tau siapa mereka. Dari sanalah kenapa saya berpendapat seperti di atas. So, just turn on the volume, close your eyes and listen to their music..!! Rasakan sensasinya..!!

untuk poin 10, ed ama mike juga ndut...!!! hihihihihi....

__________________




dari akmal lagi
SPIN ME 'ROUND... ROLL ME OVER... FUCKIN' SIRCUS...STAB IT DOWN... ONE WAY NEEDLE... PULL SO SLOWLY...DAMN!

i really love that song! haha akhir2 ini saya lagi banyak rejeki fellas, jadi saya beliberturut-turut dlm waktu singkat CD rearviewmirror, CD Ten dan CDVs... sayang sekali di rearviewmirror gak ada lagu Blood danIndifference, padahal menurut saya yg dua itu salah satu karyaterbagus mereka... tapi ya itu sih hak mereka lah... hak ciptanyakan punya mereka hehehe...soal 5 against 1 yang dianggap kurang objektif....

1. lalu yg mana yg objektif? apakah dgn menonton sebuah VCD lalu kitalebih objektif? sebenarnya tidak ada yg objektif, karena kita menilaipun sudah pasti subjektif... si Kim Neely juga jelas subjektifdonk... dia kan manusia juga... eddie vedder juga subjektif... semua org juga subjektif lah...

2. paling tidak, biografi ini bisa dianggap lebih objektif karenatidak ditulis oleh para personel PJ sendiri... kalau mereka membuatautobiografi, justru itu yg lebih gak objektif...

3. ok memang benar rolling stones punya hubungan jelek sama pearljam... paling tidak dgn adanya 5 against 1, kita bisa dpt view dariangle para 'musuh PJ'... itu juga kalo asumsi kita benar, yaitu bahwarolling stones memang musuhan sama PJ...

4. melalui tulisan2 saya sebelumnya, saya gak ngajak utk membenci PJya... krn saya pun gak jadi benci... saya cuma ngajak kita semua utkobjektif, bahwa mereka juga manusia... suka mabok, kadang2 marah,kadang2 emosi, kadang2 kelepasan, kadang2 salah omong... wajar kan...dan para personil PJ sendiri lebih suka diperlakukan sbg teman, bukansbg pujaan... jadi supaya mereka gak tambah stres dgn ketenarannya,marilah kita perlakukan mrk sbg seorang manusia... OK?

5. I still think that Dave Abbruzzese is the best drummer ever playedin Pearl Jam... hahahahhahahahahahahha ngotot nih... namanya jugaselera...

------------



dari wisnu
pearl jam memang sebuah gambaran band yang...they know them self..more than we know our self!

susah tuh punya band yang punya kedalaman berpikir dan mengaktualisasikan ke-human being-nya itu. mana ada band jaman sekarang yang nolak untuk jadi rockstar!!!!

tapi pearl jam bisa membuktikan itu...dan sikap kaya gini yang mesti dicerna oleh para fans-nya...

pearl jam juga manusia...memang bener banget. memperlakukan sebuah band secara manusiawi..juga adalah kebenaran yang lain lagi.hehehehe