The waiting drove us mad...
Lebih dari setahun yang lalu, hajatan malam tribute untuk band Seattle yang merupakan survivor musik rock 90-an, Pearl Jam, digelar disebuah kafe di bilangan Kemang Jakarta Selatan. Acara yang mungkin merupakan acara pertama bertajuk Pearl Jam Nite (PJN) itu mengusung misi untuk mendatangkan the real deal-nya, yaitu memanggungkan band yang terdiri dari Eddie Vedder, Mike McCready, Stone Gossard, Jeff Ament dan Matt Cameron tersebut ke Indonesia. Berangkat dari sebuah komunitas online (Pearl Jam Indonesia: tenclub_indonesia@yahoogroups.com), keinginan untuk makin menyatukan suara penggemar Pearl Jam tersebut makin meluas dengan adanya acara PJN tersebut. Terbukti dengan melesatnya sebuah petisi online dengan ratusan pengisi yang meminta Pearl Jam meluangkan waktu mereka untuk manggung di Indonesia.
Satu tahun berlalu, belum ada tanda-tanda jika band yang Mei 2006 lalu mengeluarkan album kedelapan tersebut akan mampir ke Indonesia meski di jadwal tur mereka tertera nama kota yang berjarak seseberangan laut dengan pulau Flores, yaitu di Darwin, ujung utara Australia. Didorong rasa penasaran menunggu, maka muncul insiatif untuk kembali memutar kembali rekaman 4 September 2005 guna menggelar hajatan Pearl Jam Nite 2. Kali ini dalam rangka rolling acara Forever Grunge yang rutin digelar oleh komunitas Pearl Jam Indonesia (PJ.Id) sejak launching album kompilasi mereka, yang berjudul "Not For You", Juli 2006 lalu. Maka dipanggungkanlah Pearl Jam Nite 2, sebagai seri ketiga rangkaian Forever Grunge, di Front Row Sports Grill Senayan pada tanggal 1 Desember 2006 lalu.
It's finally here and we're all mess...
Konsep acara direncanakan sebagai runut balik perjalanan Pearl Jam, mulai dari kesuksesan album baru mereka yang critically-acclaimed oleh media, setelah selama puluhan tahun menjadi musuh yang diperangi Vedder cs. Band Footsteps mengawali repertoir runut balik dengan melantunkan "World Wide Suicide" setelah membuka show dengan nomor klasik Neil Young (identik juga dengan Pearl Jam dengan show legendaris Neil dan PJ di MTV VMA 1992) berjudul "Rockin in the Free World". Rangkaian lagu yang berasal dari album kompilasi yang keluar tahun 2004, Lost Dogs, mengalun dari pentas kecil di sudut Front Row. Di antaranya adalah "Yellowledbetter" yang dicatat sebagai nomor klasik PJ karena kentalnya pengaruh dewa blues-rock asal Seattle, Jimi Hendrix, dalam barisan riff yang ditulis Mike McCready. Donny, gitaris Footsteps sejenak keluar dari alam ragawi dengan balutan melodi blues-nya mengiringi berakhirnya setlist band tersebut dan membuka rangkaian PJN 2.
It's a riot act...
Menurut pakem yang ditulis, band kedua akan membawakan lagu-lagu dari album Pearl Jam yang dikeluarkan pada tahun 2003, Riot Act. Simplementhol terdaftar pada itinerari acara untuk menghajar crowd dengan "Get Right", "Save You", "Half Full" dan setlist dari Lost Dogs. Akan tetapi, karena berhalangan maka Freasbe yang sebelumnya terkena jatah band pembuka dengan hanya 3 lagu "naik pangkat" menjadi band headliner dengan ekstensi 3 buah lagu adisional. Konsep runut balik sedikit "berputar" ketika Freasbe yang dimotori Jaiz pada vokal membawakan random setlist dari album Live on Two Legs (1999) yang dibuka dengan "Hail Hail". Dua buah nomor keren dari album Yield (1998) menyusul dengan membuncahnya suara Jaiz, yang notabene merupakan adik kandung Ipang BIP, dalam lagu "MFC" dan "In Hiding". Setlist kembali berputar maju menyusul "I Am Mine" dari album Riot Act yang dilantunkan sebagai kompensasi absennya Simplementhol. Kemudian lagu 'Do the Evolution" yang menyulut massa untuk bergerak ke bibir panggung menjadi awal dari berubahnya party yang manis menjadi konser rock yang liar seperti era-era 90-an awal ketika Pearl Jam bersama Soundgarden, Alice in Chains, Mudhoney dan Nirvana merajai mainstream rock di Amerika Serikat dan dunia.
Mesiu yang disulut Freasbe dengan "Evolution" segera disambut oleh massa penonton yang kemudian menciptakan mosh pit menyambut "Even Flow" dan "Porch" dalam repertoir berikut. Tak puas dengan lagu-lagu tersebut, penonton menuntut encore yang ditimpali "Rearviewmirror" sebagai lagu pamungkas Freasbe, band yang sejatinya sudah bubar bertahun-tahun yang lalu tersebut.
We got memories, and got sh*t...
Lord Mahila dijadwalkan untuk mengisi setlist lanjutan dengan membawa repertoir dari album Binaural (2000) dan Yield. Tetapi karena mereka menjanjikan suprise act yang baru bisa dilakukan malam harinya, jadilah Got ID mengisi setlist lebih awal dengan membawakan lagu-lagu dari album No Code (1996) dan Vitalogy (1994). Membuka dengan "In My Tree", sebuah nomer kontemplatif yang ditulis Vedder, Got ID menurunkan tempo yang telah dipanaskan Freasbe sebelumnya. Sayang, kondisi vokalis mereka, Arief, yang kurang fit membuat beberapa nomor terasa "dingin". Padahal mereka membawakan lagu-lagu wajib fans Pearl Jam semacam "Not For You" dan "Corduroy". Beruntung lagu punk-hardcorish Pearl Jam seperti "Spin the Black Circle" serta "Lukin" tetap berhasil menjaga bibir panggung tetap hangat dengan kembali membawa massa untuk ber-slam dance dan moshing. Bahkan aksi Ridha, gitaris Got ID, membawa atmosfer yang makin menembus waktu ke era 90-an ketika dia bercrowd-surf sambil memainkan melodi lagu "I Got Sh*t". Dan aksi Ridha itu juga sekaligus menjadi klimaks penutup band beranggotakan 5 orang tersebut.
Tattooing everyone...
Band "dadakan" Stick Figure yang beranggotakan musisi-musisi dari band grunge Bolong, Alien Sick, The Others dan Stigmata mengisi panggung dan menyambut dengan "Black", nomor balada dari album perdana Pearl Jam, Ten (1991). Penonton duduk memenuhi bibir panggung dan hanyut dalam melodi yang diciptakan duo gitaris, Egy dan Olit membius dalam atmosfer hitam sesuai dengan balada "gone-wrong relatinship" paling terkenal dalam katalog Pearl Jam. Membuka lagu kedua adalah "Go" dengan hentakan drum Ader dan beat rimatis bass Joshua membawa angin segar penonton untuk kembali membantai moshpit. Suara Irfan, vokalis Stick Figure, dieksploitasi dalam lagu berikut yang merupakan simbol perlawanan Vedder terhadap media: "...spin me round, roll me over. Fuckin' circuuuuus!". "Blood" dari album kedua (Vs - 1993) mengaliri adrenalin penonton untuk terus bergerak mengiringi irama hardcore dari geru instrumen yang keluar dari ampli di seputaran panggung.
Pada susunan berikutnya, mulai terjadi bongkar pasang personel band jam-session ini. Ditandai dengan masuknya Erwin, gitaris band papan atas Cokelat, menggiring penonton ke sebuah intro paling terkenal dalam sejarah Pearl Jam yang dulu ditulis Stone Gossard, gitaris PJ, sebagai "Dollar Short". Lagu yang kemudian dikenal berjudul "Alive" tersebut menjadi rangkaian lagu klasik yang dibawakan setelah sebelumnya "Jeremy" mengakhiri kiprah Egy di sisi gitar Stick Figure. Erwin mendapat sambutan dari penonton dengan mengangkatnya ke crowd-surf sambil meneruskan melodi gitar Alive yang konon "dicuri" McCready dari Stevie Ray Vaughan. Menyusul Erwin, Dendi dari band Kunci menggantikan Irfan untuk menghajar "Animal". Kunci dijadwalkan tampil sebagai headliner. Tetapi karena berhalangan, maka Dendi membayarnya dengan melebur bersama Stick Figure membesut lagu-lagu PJ. Penonton semakin liar meski malam semakin larut.
A human being that was given to...
Lord Mahila tampil sebagai band berikut yang mengisi. Dibuka dengan "Light Years", Lord Mahila yang dimotori eks bassist ALV band, Alex, mendinginkan Front Row degan repertoir ballad-nya. "Off the Girl" menyusul kemudian, dengan komposisi harmoni bass dan gitar tunggal. Nostalgia album keenam, Binaural, berlanjut dengan "Evacuation", yang memaksa vokalis Mahila sampai ke oktaf tertinggi meneriakkan "...evacuaaaatioooooon". Amazingly, dia bisa bersaing dengan Vedder mencapai titik tersebut. "Faithful" menutup sesi "standar" menyusul ketidaksabaran penonton untuk pengen segera masuk ke bibir panggung. Aksi kejutan dimulai dengan Alex yang memanggil eks personel ALV lain, yaitu Nito (gitar) dan Nugie. Penonton segera memenuhi area moshpit, ketika Nugie mulai melancarkan jurus-jurus showmanship-nya dengan provokasi kaitan lagu PJ dengan Led Zeppelin. Intro "Given to Fly" mengalun yang menuntun ke meriahnya sambutan penonton. Riff yang mirip dengan "Going to California"-nya Plant dkk ini disambut dengan koor membahana dari puluhan mulut yang dipimpin Nugie dari atas ampli. Tidak mau kehilangan momen nostalgia, pada klimaks lagu Nugie melemparkan dirinya ke penonton yang disambut dengan arakan crowd surfing ke seputaran mosh pit, sambil tetap melantunkan reffrain "...arms wide open with the sea as his floor...oh now...now...hoooooo". Nugie pun terbang di atas puluhan tangan yang membawanya ke angkasa. Kemudian dia kembali lagi untuk memprovokasi penonton ber-slam dance di lagu "Brain of J". Mungkin disaat inilah momen berubah seratus persen menjadi sharing-gig, ketimbang sebuah show. Terjadi interaksi luar biasa antara performer dan penonton yang melebur menjadi satu berupa kerinduan terhadap momen yang dibawa Pearl Jam selama rentang waktu 15 tahun lebih ini.
Hold on to the thrill...
Sekitar satu dekade yang lalu, di Indonesia tengah mewabah virus musik alternatif 90-an yang juga digawangi oleh Pearl Jam. Beberapa band bermunculan ke jalur mainstream yang lekat dengan identitas kultur generasi X tersebut. Dua di antaranya adalah Nugie dan ALV Band serta Plastik yang memunculkan Ipang sebagai talenta berkarakter suara "vedderesque" (jauh sebelum Scott Stapp dan The Calling).
Nostalgia masa tersebut coba dimunculkan di Front Row, 1 Desember 2006 malam lalu ketika sesi terakhir dari gelaran Pearl Jam Nite 2 menampilkan free jam session. Sejumlah musisi lokal papan atas bergabung untuk merayakan masa lalu yang turut menjadi bagian dari referensi musikal mereka. Nugie, Alex dan Nito dari ALV, Erwin dari Cokelat, Adhit dari Element, Dendi vokalis band Kunci, Chandra alias Che dari band Cupumanik, serta Ipang, mantan ikon Plastik yang kini menjadi frontman BIP. Khusus untuk Che dan Ipang, ini adalah kali kedua penampilan mereka di gelaran Pearl Jam Nite, setelah pada PJN pertama di Kemang mereka turut menjadi bintang tamu.
Can't find a betterband...
Jam session pertama mengangkat kembali lagu klasik 90-an yang pernah booming gara-gara video Mark Pellington untuk lagu yang turut memenangkan Pearl Jam di kancah MTV Video Music Award 92. Lagu berjudul "Jeremy" yang bercerita tentang alienasi keluarga dan sosial ini dibawakan secara serempak oleh Ipang, Che serta Dendi dengan iringan Erwin dan Olit (gitaris Alien Sick/Stick Figure) serta Alex (bassis Lord Mahila/eks ALV) dan Ader (drummer Stigmata). Berlanjut ke lagu paling populer dari Pearl Jam, "Betterman", yang justru ditulis Vedder jauh sebelum dia bergabung dengan band yang sebelumnya bernama Mookie Blaylock tersebut. Lagu kedua ini disambut dengan koor penonton yang sepertinya sudah mengendap di bibir panggung, menyisakan spot-spot kosong dari penjuru Front Row. Konsepnya menjadi murni share antara penonton dan performer karena saling mengisi, mengingatkan bait-bait yang lupa dan memberi tambahan energi oktaf untuk menambah kesenangan malam itu.
Setelah lagu kedua, Che mengambil alih jam-session dengan melantunkan lagu yang telah muncul sebelumnya oleh Freasbe, yaitu "Rearviewmirror". Energi vokal Che yang besar memang cocok untuk lagu-lagu Pearl Jam dari album kedua yang memang banyak didominasi tinggi vokal Ed Vedder. Di PJN 1 lalu, Che juga banyak mengambil setlist dari album kedua Pearl Jam sampai ke model "Rats" dan "Glorified G" yang notabene sudah sangat jarang dibawakan Vedder sendiri saat ini.
I don't mind stealing bread for a show like this...
Karena konsepnya jam-session, maka performer harus siap dengan request-request yang muncul dari penonton. "Hungerstrike"-pun berkumandang...
Lagu yang sebetulnya bukan lagu Pearl Jam tersebut termasuk "rarity", karena secara awam jarang yang tahu tentang lagu dari band Temple of the Dog tersebut. Lagu kolaborasi personel Pearl Jam dan Soundgarden tersebut memunculkan duet vokal Vedder dan Chris Cornell dengan suara satu-duanya yang menjadi signature. Nito (gitaris ALV) menunjukkan kapasitasnya sebagai penggemar Pearl Jam dengan mengambil alih posisi gitar dari Erwin dan segera melantunkan lick intro Hungerstrike. Arief, vokalis Got ID, juga siap mem-backup Che untuk berduet dalam lagu dahsyat tersebut. Penonton juga siap mengambil alih nada-nada oktaf tinggi yang dimunculkan Cornell dalam versi aslinya.
Can you see them? Round the porch, and they don't wave...
Dua lagu selanjutnya menjadi penutup rangkaian repertoir PJN 2. Adhit, gitaris band Element menjadi gitaris kedua menggantikan Olit untuk berduet dengan Nito melantunkan riff legendaris lagu "State of Love and Trust" yang diambil dari soundtrack film Singles. Dan seperti halnya konser Pearl Jam, lagu "Yellowledbetter" menjadi penutup rangkaian konser yang membawa kembali mesin waktu ke masa kini. Nito menutup rangkaian konser antar-fans Pearl Jam tersebut dengan sayatan sedih pada gitarnya yang menyadarkan penonton bahwa acara usai sudah. Wajah-wajah lelah dan puas karena bisa share dengan sesama fans Pearl Jam bermunculan. Tidak terbatas oleh status selebritas pada performer, karena yang ada di situ semuanya adalah mereka yang menggemari lagu-lagu dari band asal Seattle tersebut. Membawa kembali ke alam memori masa muda bagi sebagai penonton yang berusia late-20 atau early 30. Masa di mana Pearl Jam bersama band-band 90-an merajai kancah mainstream musik rock. Sementara satu dekade berselang, Pearl Jam membuktikan bahwa tribute semacam ini sangat layak mereka dapatkan karena eksistensi mereka yang masih menerpa penggemar di seluruh dunia menyusul tuntasnya tur keliling dunia mereka yang sukses dari Mei sampai akhir November lalu.
Oh, I'm still alive...
SETLIST
FOOTSTEPS
Rockin in the Free World, World Wide Suicide, Yellow Led Better
FREASBE
Hail Hail, MFC, I Am Mine, Do the Evolution, Even FLow, Porch, Rearviewmirror
GOT ID
In My Tree, Spin the Black Circle, Not For You, Lukin, Corduroy, I Got Id
STICK FIGURE (+Erwin COKELAT and Dendi KUNCI)
Black, Go, Blood, Jeremy, Alive, Animal
LORD MAHILA (+Nugie and Nito ALV)
Light Years, Off the Girl, Faithful, Evacuation, Given to Fly, Brain of J
Daughter, Jeremy, Betterman, Rearviewmirror, HUngerstrike, State of Love and Trust, Yellow Led Better